Jumat, 13 Januari 2012

bersepeda di kota pasuruan



bersepeda di kota pasuruan

10 januari 2012


destinasi sore ini adalah : pelabuhan! saya bersepeda melewati jalan dr wahidin sudirohusodo, terhenti di depan sebuah bangunan besar kolonial, pintu pagarnya terbuka, banyak anak yang bermain bola di halaman, saya bertanya ke seorang bapak yang sedang duduk2 di dekat pagar : boleh masuk pak? bapak tersebut mempersilahkan saya masuk, dia bilang gedung ini bekas pabrik karton. wah ada patung singa dan pohon beringin di depan bangunan utama yang sudah mengelupas cat nya, bangunan ini terlantar, ada penghuni di dalam, tapi sepertinya hanya penjaga gedung saja, saya bersepeda berkeliling halaman yang luas dengan pohon jati di pinggir halaman, sayang sekali bangunan ini tidak difungsikan lagi. saya lanjut bersepeda menuju jalan pahlawan, lalu jalan balai kota, melewati beberapa rumah kolonial yang masih terawat termasuk rumah dinas walikota pasuruan dan beberapa kantor militer. karena pasuruan termasuk salah satu daerah pusat militer di jawa, banyak bangunan kolonial yang dijadikan sebagai kantor militer salah satunya : kantor batalyon zeni tempur 10.

jalan balai kota berakhir (lebih tepatnya dimulai) di perempatan dimana terdapat gereja katolik santo antonius padova—jalan balai kota no 1. agak susah menyebrang ke jalan komodor yos sudarso karena tidak ada lampu merah di perempatan yang sibuk dengan kendaraan bermotor termasuk bis antarkota dan truk, syukur saya berhasil dengan selamat menyebrang dengan sepeda! masuk ke jalan komodor yos sudarso melewati rel kereta api dan melewati gapura “selamat datang ke pelabuhan pasuruan”. sudah terlihat deretan kapal2 ukuran sedang dan kapal2 nelayan, cuaca masih mendung, semoga tidak terburu hujan, dengan santai saya mengayuh sepeda lipat yang memang sangat nyaman dikendarai. jalan di areal pelabuhan baru selesai diaspal, wah akhirnya kesampaian juga saya mendarat di pelabuhan pasuruan—salah satu pelabuhan tertua di nusantara. sampai di ujung pelabuhan yang tidak terlalu mentok sampai selat madura, banyak penduduk yang duduk2 santai menikmati sore dan kapal2 yang berlabuh. yah saya kurang puas, karena pengen ngeliat laut (selat madura). dari kejauhan saya melihat anak2 bermain bola di sebuah lapangan dekat dengan hutan bakau dan dekat laut juga, saya pun mencoba mencari jalan kesana.

ternyata sebelah pelabuhan adalah jalan menuju kampung nelayan, setelah melewati kumpulan anak2 yang bermain bola, sambil meneriakkan kata2 kearah saya “wah sepedanya apik”, kalimat yang sering terdengar sepanjang perjalanan, yah sepertinya sepeda lipat masih barang baru disini. tiba di ujung kampung dan akhirnya bertemu laut (selat madura), saya parkir di mushola, disana banyak ibu2 muda yang sedang duduk2 sore bersama anak2 mereka, seorang bapak muda langsung nyamperin saya (sepeda saya tepatnya), dia kagum sama sepeda lipat yang saya pakai, tanpa persetujuan saya dia langsung mencoba sepeda keliling kampung, aduhh itukan sepeda pinjaman semoga gak rusak. setelah bapak muda, sepeda beralih ke ibu muda, lalu beralih ke anak muda, dan sekampung langsung mengerubungi sepeda lipat yang saya pakai, hehhe tapi jadi asjik karena mereka ramah. seorang ibu muda menanyakan asal saya, dia menebak saya berasal dari kalimantan (kayaknya karena saya memakai gelang rotan khas kota waringin), emang gak ada yang percaya kalo saya beretnis jawa. saya masuk ke halaman mushola, dari situ saya bisa menikmati deretan kapal nelayan yang bersandar di hutan bakau dan selat madura, ahh indah! langit makin mendung, saya pun pamit ke penduduk kampung nelayan yang beretnis madura, tidak lama hujan gerimis.

tetap mengayuh sepeda sambil kehujanan, saya melihat menara masjid, mengikuti jalan menuju masjid, sampai di depan masjid yang dibangun sekitar tahun 80-an, saya lanjut keluar pelabuhan. belok kanan ke jalan sukarno hatta, sudah jam setengah 6 sore jadi toko2 di sepanjang jalan sukarno hatta sudah tutup. saya terhenti di depan depot makan “terminal makanan 86” sebuah rumah kolonial yang sangat apik dan terawat, dijadikan rumah makan, sangat menarik! di depannya adalah hotel wisma karya, bangunan kolonial juga. sebelah “terminal makanan 86” adalah smpn 2 yang juga masih menyisakan arsitektur kolonial. wah, jalan soekarno hatta jadi salah satu rute jalan kaki yang menarik!

sesuai papan petunjuk jalan saya belok kanan masuk ke jalan kh abdul khamid, ketemu pertigaan adalah kelenteng tri dharma “tjoe tik kiong” dengan alamat jalan lombok no 7. saya hanya masuk sampai parkiran kelenteng, dipajang rambu larangan masuk di depan kelenteng, saya jadi sungkan untuk melangkah masuk kelenteng, kelenteng tersebut dibangun sekitar abad 17, wah! saya lanjut bersepeda ke jalan niaga, jalan nusantara, masuk ke jalan panglima sudirman, lanjut mengayuh sampai ke jalan untung suropati menuju rumah le’ agung. bermaksud ngembaliin sepeda, saya malah disuruh menginap malam ini, hehe ngak jadi pulang ke surabaya deh malam ini.

diari oleh anithasilvia

sketsa pelabuhan pasuruan oleh garis edelweiss

Tidak ada komentar:

Posting Komentar