pemandangan dari lantai lima rumah susun Petamburan |
Kunjungan terakhir saya ke Jakarta, akhir Januari silam, meskipun
hanya dua hari kaget juga bisa berkunjung ke beberapa tempat baru yang berkesan.
1.
Koalisi Seni Indonesia
Oming, kawan yang baru pindah ke Jakarta
menginformasikan bahwa tempat dia bekerja, Koalisi Seni Indonesia (KSI) baru
pindah ke Buncit Indah, saya berniat ke sana dengan Trans Jakarta, transit di Dukuh
Atas lalu naik jurusan Ragunan, turun di Halte Buncit Indah. Berjalan kaki
sekitar 10 menit menuju suatu rumah bercat putih dua lantai di Jalan Amil 7a.
Saya membuka pintu tanpa bel, lantai dasar yang kosong, ternyata kantor KSI di
lantai dua, disambut oleh ketua KSI, M. Abduh Aziz yang cukup kaget dengan kunjungan
saya.
Sambil minum teh dan nyamil, kami saling
sharing mengenai aktivitas c2o library dan KSI, Ayu—salah satu personel
primitif zine--turut serta berbincang dengan kami. KSI dibentuk berdasarkan kebutuhan sejumlah pelaku dan komunitas seni akan kehadiran
organisasi payung yang menaungi mereka. Salah satu misi KSI adalah melakukan
advokasi kebijakan publik dalam bidang kesenian. Ternyata KSI tidak
sendirian di rumah ini, di lantai dasar akan menjadi kantor Jakarta Biannale
2015, tahun ini rumah akan ramai.
2 Pasar Santa
Fenomena Jakarta yang menarik dari tahun
lalu hingga saat ini, Pasar Santa. Pagi itu hanya ABCD Coffee dan Bear & Co
yang sudah membuka kiosnya. Lantai dua yang dipenuhi oleh kios “anak muda”
memang baru ramai sore dan malam hari, menjadi ruang publik baru yang menarik
dimana kita bisa menyaksikan pertunjukkan musik, diskusi buku, pameran seni,
dan anak-anak muda yang bermain skateboard dan sepeda di dalam pasar. Saya
keliling lantai satu yang dipenuhi oleh kios kelontong, di sana juga ada Space
Galeri Pasar—art space yang dikelola oleh Arcolabs. Saya lalu ke basement yang
penuh dengan kios sayuran segar dan sejumlah warung makan, ada perasaan nyaman
mencium segarnya. Di basement juga ada kios-kios Jakarta’s Toy Underground. Namun
kenaikan harga sewa kios menjadi isu yang melanda para pedagang saat ini.
3. Wikimedia Indonesia
Saya menjadi anggota Wikimedia Indonesia
pada tahun 2014, dilanjutkan dengan Indonesian Netlabel Union bekerja sama
dengan Wikimedia Indonesia untuk lokakarya entri wikipedia tahun lalu di Unpar,
Bandung. Undangan untuk berkunjung ke kantor Wikimedia Indonesia, saya iyakan,
lokasinya di Jalan Pati nomor 1, Menteng, bersebelahan dengan rumahnya Marco
Kusumawijaya. Siska Doviana --Ketua Umum Wikimedia Indonesia--menunjukkan ruang
meeting, ruang kerja, dan ruang pemindai. Tengah berlangsung project pemindai
hingga September 2015 dengan mempekerjakan tuna rungu untuk melakukan
pemindaian dan proof reading, sayang
materi yang dipindai adalah ensiklopedia, Wikimedia Indonesia belum mendapatkan
materi yang lebih “penting” untuk segera dipindai.
Ternyata rumah dua lantai ini adalah rumah
bagi tiga organisasi: Wikimedia Indonesia,
Humanitarian Open Street Map (Peta Terbuka Untuk Kemanusiaan), dan
World Wide Web Foundation (Open
Data Lab Jakarta),
projek rumah bersama ini menyediakan ruang untuk lokakarya dan rapat yang bisa
digunakan bersama. Wikimedia Indonesia masih membuka pendaftaran anggota tahun
2015, paling lambat 28 Februari 2015, menjadi anggota Wikimedia Indonesia
sebagai salah satu bentuk dukungan kepada organisasi nirlaba ini yang bergerak
di bidang teknologi yang mengusung partisipasi masyarakat dan keterbukaan. Pendaftaran bisa dilakukan di link ini
4. Shift Project
Sejak berkenalan dengan Angga Wijaya di
Workshop Kurator Muda tahun 2013 di ruangrupa, saya tertarik dengan ide
pamerannya mengenai baju bekas. Projek tersebut berhasil diwujudkan awal tahun
ini dengan dukungan dari Japan Foundation. Angga Wijaya sebagai kurator dari “The
Shift: Imported Secondhand Cloting Project” yang mengajak tiga seniman, Ardi
Gunawan, Yudha Kusuma Putra “Fehung”, dan Ismal Muntaha. Pameran dilakukan di
Awanama Art Habitat. Angga Wijaya menjelaskan bahwa pameran ini menampilkan
karya mengenai pakaian impor bekas di Pasar Senen (site specific) yang menjadi
situs riset dan basis dalam pembuatan karya.
Pakaian impor bekas yang menjadi komoditi,
ditampilkan sebagai instalasi oleh Ismal Muntaha. Setelah melakukan
penjelajahan di blok “baju murah” di Pasar Senen, Ismal menemukan jas bekas
perdana menteri Jepang, lalu ia memamerkannya di Pasar Senen sebagai benda
bersejarah, kemudian dipindah ke Awanama Art Habitat dengan instalasi pakaian
bekas yang mencerminkan jam pasir, waktu.
Ardi Gunawan menyajikan analisis mengenai
kebakaran Pasar Senen yang terjadi April 2014. Dengan menyertakan objek temuan
sisa kebakaran, video observasi, dan audio hasil analisisnya, menjadikannya
sebagai sebuah monumen. Audio yang di-looping terkesan tidak ada awal maupun
akhir, seperti siklus kehidupan pedagang Pasar Senen.
Fehung dengan judul “Seniman Senen Hidup
Kembali”, membawa kembali narasi tahun 50-an dimana Pasar Senen menjadi pusat aktivitas
seniman ibukota. Fehung mengajak sejumlah pedagang baju bekas untuk berpose
dengan baju dagangannya yang paling disuka, lalu fotonya dipajang di tembok
blok pengungsian pedagang baju bekas yang lapaknya terbakar April lalu. Saya
terkesima dengan hasil foto dengan gambar latar yang menyesuaikan dengan
pakaian yang dipilih, seperti latar gambar lembah dengan pedagang yang pakaian putri kerajaan, mengharukan.
5 Pasar Senen
Pasar Senen yang saya selalu kenang adalah
pasar basah yang didominasi oleh keturunan Tionghoa, pasar kue dini hari, pasar
baju bekas dan buku bekas. Pasar Senen yang bersebrangan dengan Stasiun Pasar
Senen, terlihat masih kokoh sebagai pasar tertua di Jakarta. Saya berniat untuk
melihat karya Fehung yang dipamerkan di blok pengungsian (blok buku bekas).
Koleksi “baju murah” di Pasar Senen menjadi favorit banyak orang,
lapak-lapaknya lebih rapih ketimbang di Pasar Terong di Makassar atau Pasar
Gembong di Surabaya. Karya Fehung dipamerkan di blok “buku murah” yang menjadi
tempat pengungsian pedagang baju bekas. Rasa bangga para pedagang atas barang
dagangannya tercermin dari foto-foto yang dipamerkan.
6. QUB TV
QUB TV menjadi media partner Sunday Market
vol 08 “Black Christmas” Desember lalu. Perkenalan yang menyenangkan dengan
mereka (Eric Liem dan Aimee), senang dengan pilihan mereka untuk datang ke Surabaya. Eric menceritakan kantor QUB TV yang pernah dijadikan
venue noise gig, saya langsung terpikir video yang dibuat oleh Adithya Utama
yang ternyata memang pernah bergabung di QUB TV—sebuah jaringan televisi online
yang memproduksi video seputar culture, art, lifestyle.
Tiba di terminal Blok M, keluar ke kiri dan
menemukan bagian Blok M yang sedikit berbeda dan tidak terlalu ramai. Saya
berada di depan bangunan besar dengan mural lapangan futsal yang menutup
seluruh muka bangunan, Bara Futsal, menarik. Kantor QUB TV berada di basement
bangunan ini, dengan dinding bercat putih, white
space. Di kantor QUB TV ada Eric, Aimee, Tasya, Vanessa, mereka sedang bekerja
di kursi dan meja yang portable, minim properti disini, ruang yang menarik
untuk dikelola. Ternyata ruang ini digunakan juga sebagai venue gig, pameran,
studio foto. Karena peralatan kantor bisa dibereskan maka ruang ini bisa
sepenuhnya berubah menjadi apa saja.
Sebagai penutup, Eric mengajak saya tur di
bangunan lima lantai ini, yang dulunya adalah Golden Truly. Waktu kecil, Bapak
saya selalu mengajak saya dan kakak-adik bermain di Golden Truly. Dua lantai
menjadi lapangan futsal yang disewakan, sisanya kosong. Kami ke rooftop, dan
waw ini spot yang menenangkan di tengah riuhnya Blok M. Eric diberi kepercayaan
untuk mengelola ruang-ruang di bangunan ini, mulai tahun ini QUB TV akan
kembali bergerak, salah satunya adalah Lowlight Bazaar yang akan digelar 1
Maret 2015 mendatang. Mari berkunjung ke
Bara Futsal, mengenang Golden Truly, dan menyaksikan hasrat anak muda.
7. Ruru Radio
Ruru Radio dengan logo baru resmi
diluncurkan Februari ini dengan tajuk “Pesta Mega Peluncuran Ruru Radio”. Selain
logo baru dan nama baru (sebelumnya bernama Rurushop Radio), ruangan juga
diperbarui dengan sekat yang lebih jelas untuk memisahkan dengan ruang lainnya
di ruangrupa, dipasang AC, dan pastinya beragam program baru. Radio kontemporer
tanpa gelombang ini menjadi salah satu radio online terfavorit di kalangan anak
muda Indonesia.
Rusun Petamburan
Opet dan Ade tinggal di rumah susun
Petamburan, saya dari dulu penasaran ingin tinggal di rumah susun. Rumah susun
lima lantai ini sering dipakai syuting FTV, Opet dan Ade tinggal di lantai lima
dengan pemandangan Kali Ciliwung, Pasar Tanah Abang yang bangunannya seperti
masjid, gedung-gedung pencakar langit, rel kereta api dengan KRL yang hilir
mudik, dan pasar basah yang menjadi pusat pergerakan manusia.
Anak kecil yang bermain sepeda di lorong,
meja makan yang tertata rapih di beranda, pedagang roti hangat yang berkeliling,
bau sedap masakan di warung lantai dasar, suara langkah kaki dan pintu yang
dibuka, kasur yang tergeletak di sudut, lidah buaya yang tumbuh liar, hidup cukup
tenang di sini.
Seniman Senen Hidup Kembali - Fehung |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar