Seorang kawan mengirim email berisi pertanyaan seputar perayaan Record Store Day 2013, lalu saya menjawabnya.
1. Record Store Day tahun ini cukup ramai dirayakan di Indonesia. Beberapa kota menyambut dengan caranya masing-masing. Bagaimana kamu melihat perayaan RSD ini di Indonesia?
Berdasarkan penjelasan di wikipedia dan situs Record Store Day, mereka merayakan Record Store Day (RSD) dengan meliris vinyl edisi khusus terbatas, perayaan pelirisan dilakukan di sebuah record store dengan membuat pesta berupa pertunjukkan musik. Saya pun terbayang kawan kawan di Surabaya ikut merayakannya, tapi tidak terdengar ada yang mau meliris fisik pada tanggal 20 April 2013, jadi yah sudah tidak mungkin merayakan RSD di Surabaya. Besoknya 21 April 2013 saya membuat gig kecil dengan memamerkan Cotswold, OK Karaoke, Dopest Dope, tidak ada kaitannya dengan Record Store Day tapi sangat senang sekali bikin gig (maklum kami jarang bikin gig).
Kebetulan saat menjelang RSD saya sedang di Yogyakarta, sejumlah kawan di YK sedang mempersiapkan perayaan RSD di Slackers, tapi yah cukup aneh juga karena mereka tidak merayakannya di record store ataupun meliris vinyl, saya melihat acara tersebut lebih ke perayaan musik karena mereka juga mengajak sebuah Netlabel asal YK. Saya sedang meeting dengan Wok The Rock saat itu, jadi kami sedikit membahasnya. Menurut Wok, perayaan RSD yang dibuat mereka gak sesuai dengan konsep RSD di Amerika Serikat, jadi dia menolak bergabung dengan acara tersebut (mereka mengajak Yes No Wave Music untuk ikut bergabung). Yes No Wave Music adalah netlabel bukan records label fisik, Wok The Rock memilih kata Music bukan Records setelah kata Yes No Wave karena dia tidak meliris vinyl, katanya records adalah kata "slank" dari vinyl, jadi aneh kalo dinamakan Yes No Wave Records tapi tidak sama sekali meliris vinyl. Haha saya tertegun mendengar penjelasannya.
RSD yang dirayakan setiap Sabtu ketiga bulan April, untuk tahun 2013 saya tidak ikutan merayakannya karena tgl 20 April 2013 kami di C2O library punya acara spesial Bincang Fiksi bersama Yusi Avianto Pareanom. Tahun lalu saya penasaran dengan RSD karena kangen dengan records store yang rajin saya kunjungi sudah tutup di Surabaya sejumlah tahun silam yaitu Aquarius Polisi Istimewa dan KZT. Saya terharu dengan gerakan RSD karena saya memang menikmati sangat kunjungan saya ke record store, kenyataannya saat ini di Surabaya sudah tidak ada lagi record store yang menyediakan sarana dengar rilisan terbaru (Disc Tarra hanya menyediakan CD player untuk mendengar CD yang telah kamu beli). Di Surabaya tinggal sejumlah toko baju dan satu cafe yang menjual rilisan fisik keluaran Demajors dan FFWD, No Label dan Inferno yang sudah lama tidak saya kunjungi karena mereka menjual rilisan fisik untuk musik metal, HC/Punk (maklum saya penggemar musik pop). Ada toko online namanya Frankfurt yang juga menjual rilisan Demajors, Raindogs Records, Paperplane Records. Sekarang C2O Library juga turut mendistribusikan rilisan Heyho Records.
Pada tanggal 20 April 2013 sejumlah kawan yang aktif di skena musik Surabaya berkumpul di C2O Library sekalian seorang penulis muda Raka Ibrahim mewawancarai kami mengenai aktivitas permusikan bawah tanah di Surabaya. Seorang kawan sharing mengenai rencananya untuk membuat RSD di Surabaya dengan konsep memamerkan koleksi plat & kaset dan mendengarkan rilisan fisk tersebut, juga menggelar pertunjukkan musik akustik di sebuah cafe. Saya memberikan saran untuk mengganti nama acara tidak lagi RSD karena tidak ada rilisan fisik yang dirilis dan tidak digelar di record store. Memang kami sudah cukup lama berniat menggelar acara seperti Deg Deg Plat yang dibuat oleh Kineruku, jadi acara seperti itu lebih tepat untuk kami lancarkan.
2. Menurut kamu seberapa efektif perayaan ini mendongkrak penjualan album musik para artis kita dan berdampak positif bagi toko musik independen yang ada?
Setahu saya RSD juga dirayakan di Bandung (Omuniuum), Makassar (Kedai Jenny), Medan (Lokeswara), dan Denpasar. RSD di Omuniuum menarik karena benar benar digelar di record store (Omuniuum juga menjual buku) dan meminta Melancholic Bitch untuk ikut merayakan dengan merilis "re:anamnesis". Dengan perayaan RSD saya yakin penjualan rilisan fisik meningkat (meskipun tidak signifikan) karena banyak yang memposting hasil belanjaannya saat RSD. RSD memang menjadi moment untuk mendukung record store indipendent, seperti Omuniuum. Saya sebagai penggemar rilisan fisik band lokal sangat bersandar ke record store indipendent (Pengerat, Hey Folks, Omuniuum) dan menjadi wajib kunjung saat ke Jakarta, Bandung, Yogyakarta.
3. Ada album musik yang kamu beli pas RSD kemarin?
Saat RSD tidak membeli apapun, malah di tanggal tersebut saya hanya mengunduh sejumlah track di FMA : A playlist of FMA artists with recordings being offered AT RECORD STORES ONLY to celebrate Record Store Day http://freemusicarchive.org/curator/Oddio_Overplay/FMA_Artists_With_Record_Store_Day_2013_Releases
4. Apa ada sensasi tersendiri membeli album musik favorit di hari Record Store ketimbang membelinya di hari lain?
Saya yakin tidak ada sensasi jika tidak ada album yang diliris terbatas khusus pas RSD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar