Kamis, 11 April 2013

sunday market vol. 2




Kami, C2O Library & Collabtive diajak oleh Alek Kowalski untuk berkolaborasi dalam Sunday Market--sebuah event yang menggabungkan seni, fesyen, musik, dan makanan dalam 12 jam. Di Sunday Market vol. 1 November 2012 kami tidak bisa berpartisipasi secara langsung karena menghadiri Konferensi Creative Commons Asia Pasifik di Jakarta. Di Sunday Market vol. 2 kami berkomitmen untuk berpartisipasi karena kami yakin melalui acara ini bisa menyebarkan semangat berkarya di Surabaya. Panitia kecil terdiri dari Alek, Taufik, Benny, Odi, Faris, dan kami bertiga (Kat, Andriew, dan saya) membahas kolaborasi dengan Setara, mengajak media yang baru lahir : Praoto ZIne sebagai official media partner, mengatur diskusi musik, dan membuat booklet acara. Tema "London Calling" dipilih karena mewakili semangat anak muda di tahun 70an di Inggris. Andriew menangani visual acara mulai dari poster hingga booklet dan lucunya setelah visual promosi itu disebar, kami baru menyadari tidak ada penulisan venue dan jam acara, tapi kami tetap menyukai visualnya karena sangat menonjol, dan bersyukur Sunday Market sudah dikenal oleh anak muda Surabaya karena kesuksesannya di volume pertama, Alek juga aktif berpromosi di twitter. 

Sunday Market vol. 2 menghadirkan sejumlah segmen baru yaitu Labels Market yang menghadirkan stand fesyen lokal, Records Market dengan nama POTLATCH, Sunday Talk dengan narasumber Satria Ramadhan (SRM Band Management) dan Ahmad Marin (FFWD Records) membahas Band Management & Records Label. Kami juga menggelar press conference dan membuat guidebook. Kami mempersiapkan Sunday Talk, membuat daftar pertanyaan, mencari moderator karena Ayos berhalangan untuk menjadi moderator, akhirnya saya ditunjuk menjadi moderator, grogi berat. Mempersiapkan POTLATCH, mengajak Frankfurt & HeyHo! Records & Indonesian Netlabel Union bergabung dengan POTLATCH. Saya ambil kata POTLATCH dari bukunya Marcell Mauss - The Gift. POTLATCH adalah sebuah ritual tahunan masyarakat Polynesia, mereka menggelar pertemuan untuk makan besar dan berbagi kekayaan. 

H-1 kami mengambil papan tulis untuk properti Pop-Up Library di workshop Jalan Mayangkara, wah senangnya kami punya papan tulis. Setelah itu mampir ke ORE untuk memastikan semuanya sudah siap untuk besok, dan hari yang ditunggu datang. Jam 6 pagi kami plus Deasy & Yuli mempersiapkan barang, kami hampir membawa seluruh properti di c2o library, mulai dari tanaman sampai mainan. Dengan mobil box, semua barang dagangan POTLATCH dan properti c2o library diangkut ke Surabaya Town Square. Tiba disana, lift barang rusak, terpaksa naik tangga dari ground flour ke lantai satu, dengan membawa barang tentu saja menjadi pekerjaan yang berat. Ternyata ada lift barang lainnya yang berfungsi, kami memindahkan barang memakai lift. Tiba di venue dengan perasaan lega karena Alek membuat panggung dengan level yang rendah, kami bisa sing-along lebih dekat dengan rumahsakit. Lega juga karena logo para sponsor tidak memenuhi venue, berharap acara seperti ini bisa dibuat di ruang publik selain mal.  



Kat, Andriew, Yuli & Deasy menyelesaikan display Pop-up Library yang sangat menggemaskan menampilkan sejumlah properti yang sangat C2O seperti rak buku, karpet, mainan, dan benang rajut. Saya dibantu Opet dan Ade menata records kiosk POTLATCH, ternyata masih cukup lega, kami kurang membawa properti. Setelah display beres, saya, Andriew, dan Kat pindah lokasi ke Brew & Co mempersiapkan press conference yang dijadwalkan dimulai jam 11 siang. Andriew membuat iklan untuk Sunday Talk dengan memakai jurus tipografi yang menggemaskan. Sementara di area Sunday Market, para tenant masih sibuk mempersiapkan booth mereka dan panitia melakukan sound-check untuk sejumlah performer. Sebastian mewakili SETARA ikut bergabung dalam press conference yang dihadiri oleh 20 wartawan. Ada 3 materi yang kami bagikan, materi pertama yaitu garis besar dari Sunday Market yang adalah sebuah pasar yang berisi 4 unsur penting dalam kehidupan anak muda yaitu : Fashion, Food, Art, and Music. Sunday Market vol 2 mengambil tema "London Calling" diambil dari lagu The Clash yang menjadi penanda pergerakan anak muda di Inggris pada tahun 70an. Untuk volume 2 ini booth bertambah menjadi 100 tenant, membuat Labels Market yang menampilkan label lokal, POTLATCH yaitu kios records, dan membuat diskusi musik Sunday Talk. Di Jakarta ada Brightspot, di Bandung ada Trade Mark, tapi Sunday Market memiliki ciri khas yaitu sebagian besar tenant menjual barang bekas, kami menggabungkan pasar barang bekas dan barang baru. Materi kedua adalah Sunday Talk, kami menjelaskan dua narasumber diskusi dan pentingnya diskusi ini untuk perkembangan skena musik di Surabaya. Materi ketiga adalah art form project oleh SETARA yaitu membuat bench dengan teknologi pemotongan yang muktahir. Satu hal yang kami tekankan adalah Sunday Market menjadi tempat berkumpulnya pekerja kreatif Surabaya dan mewujudkan kerja kolaborasi. Alek Kowalski sebagai project manager memberikan kalimat penutup untuk press conference sekaligus meresmikan pembukaan Sunday Market jam 12 siang. 

Selanjutnya kami menyiapkan Sunday Talk, mulai grogi karena akan menjadi moderator dan berhadapan langsung dengan Ahmad Marin dan Satria Ramadhan. Tapi grogi itu tidak berlangsung lama karena mereka dua narasumber yang hebat dan peserta diskusi juga serius mengikuti. Sayang sekali waktu diskusi terasa berlalu dengan cepat, saya cukup mendominasi mengajukan pertanyaan, sejumlah peserta tampak kecewa karena tidak dapat kesempatan untuk bertanya. Berharap diskusi mengenai Band Management & Records Label menjadi masukan penting untuk kami dalam menggerakkan skena musik di Surabaya. Kami pun bubar, kembali ke posisi masing-masing. 

Saya kembali ke POTLATCH, pengunjung Sunday Market sudah banyak, dan ternyata Opet dan Ade sibuk melayani pembeli records, lumayan gak nyangka, pada beli vinyl, kaset, CD, dan pastinya merchandise TERBUJURKAKU. Bertemu dengan Tomo yang baru saja selesai sound-check Polyester Embassy, wah senang banget ketemu lagi dalam keadaan sehat, maklum pertemuan terakhir tidak terlalu mengenakkan. Menitipkan pesanan TerbujurKaku untuk Mamat--adiknya Tomo. Mumpung masih ada Opet & Ade, saya keliling Sunday Market dengan banyak sekali stand, mampir ke Pop-up Library yang tengah menggelar klab merajut bersama Deasy, berkunjung ke stand nya Carlos yang menjual barang antik, bertemu Titi Harahap, beli bagel di Carpentier, lalu kembali ke POTLATCH karena Opet & Ade mau pulang dulu. Senangnya menjaga records kiosk, sejumlah para calon pembeli meminta rekomendasi rilisan, dengan mudah saya menunjuk sejumlah rilisan lokal favorit, dan mereka membeli rilisan yang saya rekomendasikan. Senang juga bertemu dengan orang yang tidak dikenal membeli rilisan yang juga saya sukai, jadinya ngobrol. Memang merchandise TerbujurKaku itu mencengangkan, tiap orang yang lewat pasti megang paket mie instan tersebut sambil terkekeh kekeh melihat packaging yang gila, Bagus me-remix bungkus mie instan ternama menjadi mie TerbujurKaku.

Malam tiba, pertunjukkan musik dimulai, dibuka oleh The Wise, dilanjutkan Hi Mom, saya tidak fokus melihat mereka karena sibuk banyak pembeli. Ody datang membantu menjaga kios, saya buru-buru beli roti untuk makan malam dan lanjut menonton rumahsakit, CD album kedua mereka ludes terjual di POTLATCH, dan bergabung dengan crowd yang mencintai rumahsakit, bernyanyi bersama, stage diving, Phleg terlihat bertelanjang dada, ada pria yang memakai helm (ternyata itu Rama), terharu bahagia, ini pengalaman pertama saya melihat rumahsakit. Kembali ke POTLATCH karena Ody sudah pulang, Polyester Embassy sudah dipanggung, setelah dua lagu saya kembali ke bibir panggung, menitipkan POTLATCH ke Phleg. Menikmati Polyester Embassy membawakan materi album kedua, melegakan. Sunday Market #2 ditutup oleh DJ Ayren Mayden yang menemani kami beres-beres sampai jam 12 malam, sekali lagi berharap acara seperti ini bisa dibuat di ruang publik selain mal. 



  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar