Sabtu, 23 Februari 2013

Menabur Hymne Peradaban




Sabtu, 9 Februari 2013
Hari ini cukup panjang, sepanjang siang berjalan kaki bersama Kami-Arsitek-Jengki di Kampung Keputran, sesudah itu ikutan diskusi buku "Debt : 5000 First Years - David Graeber" di c2o library. Saya baru bisa membaca 50 halaman pertama Debt, memang menarik isu yang diangkat, masalah utang yang menjerat manusia, padahal utang idealnya menjalin ikatan sosial manusia. Decky mengabarkan rombongan ZOO akan tiba di Surabaya malam ini, wah saya pikir baru besok datangya, segera berkorespondensi dengan Cangcimen (Eri, Otis, Phleg) untuk misi penjemputan dan Kat karena ZOO akan menginap di C2O Library.  

Diskusi DEBT sangat menarik karena hampir seluruh yang datang memberikan pendapat dan berbagi pengetahuan. Bintang, Kuro, dan Kat yang sudah habis membaca bukunya (saya baru 50 halaman pertama) dan Peace Corps Volunteers yang pastinya berasal dari Amerika Serikat memberikan gambaran mengenai situasi disana terkait dengan krisis ekonomi dan gerakan Occupy. Diskusi berakhir, rombongan ZOO tiba dengan selamat (terutama alat) di perpustakaan tercinta bersama Phleg, Eri, dan Bagong, mereka langsung beristirahat di halaman belakang, gelar tikar. 

Rully, Bhakti (Bhakti pakai BH), Obet, Dimas--4 personel ZOO--dan Panca sebagai videographer, mulai beradaptasi dengan tempat menginap mereka selama dua malam, ternyata pada suka kucing , Dimas punya tato kucing dan bikin label kaos "Cats Rider", jadilah 5 anak kucing menjadi hiburan. Setelah minum kopi, saya mengajak mereka jalan kaki ke Taman Bungkul, sekalian supper, mereka kecewa dengan soto di Terminal Bungurasih, mahal dan payah rasanya. Meninggalkan sejumlah kawan yang masih berdiskusi di teras, kami berlima berjalan kaki menjejak trotoar lebar sepanjang Jalan Raya Darmo sambil mendengarkan cerita tur Jawa mereka. Purwokerto dengan panitia penyelenggara yang ramah dan pertunjukkan yang lumayan ganjil karena audience kebanyakan dalam posisi duduk menonton ZOO. Bandung dengan keriuhan penonton sampai ada yang naik meja  karena level panggung cukup pendek dan Jakarta dengan kegilaan yang sama. 

Lalu lintas Jalan Raya Darmo sudah lenggang, kami tiba di Taman Bungkul disambut tumpukan sepeda motor yang parkir mengelilingi taman, gerombolan anak muda yang memenuhi setiap sudut, lalu berfoto di depan tulisan Taman Bungkul, segera terlibat dalam keramaian yang hampir 24 jam, mencari bakso untuk supper, Otis menyusul kami. Cukup kenyang meskipun bakso Surabaya masih kalah dengan bakso Malang, kami kembali berjalan kaki pulang ke C2O Library, mampir dulu ke apotek karena Rully terkena flu, dia beli Intunal. 

Rully bercerita kalau dia adalah seorang penulis fiksi, tapi beberapa tahun ini vakum karena fokus bermusik, saya tidak heran mengingat lirik ZOO yang dia buat. Menulis fiksi, mencetaknya sendiri, barter dengan handai taulan, selain menulis kesukaannya adalah menonton filem, cocok dengan koleksi buku dan filem yang wow di C2O Library. Tiba di perpustakaan, Bhakti dan Dimas langsung tepar, setidaknya mereka menyukai jalan kaki malam hari, saya tidak merasa bersalah mengajak mereka berjalan kaki. Otis, Phleg, dan Remy bertahan nonton bola sampai jam 3 pagi, saya susah tidur, dingin dan berasa gak nyaman, Rully sudah tertidur, Panca dan Obet yang juga rehash susah tidur. 

Minggu, 10 Februari 2013
Terang sudah mendominasi ruangan dalam perpustakaan, segera terbangun, Bhakti juga sudah bangun, yang lainnya masih tidur, saya pamit kembali ke kost untuk mandi etc. Nyampe kost, segera mandi, beli roti, dan bersepeda kembali ke Cipto, kawan kawan ZOO sudah bangun semua dan segera sarapan. Eri menyusul datang, kami membeli makan siang di tempat favorit, ternyata Eri juga suka beli di warung dengan pemilik wanita paruh baya yang suka ngomong kontol, itil, jembut, dan kata kata seronok lainnya, masakannya memang yahud, tapi kami cukup ketinggalan, yang tersisa hanya Kontol Balado alias Pindang Sambal Mangga, sambal mangga-nya okesip, tidak lupa membeli sup buah sebagai hidangan penutup, nyampe Cipto langsung sigap makan siang bersama.

Rendi kawan lama Rully ikut bergabung, sebenernya saya sempat berkenalan dengan Rendi karena dia kawan Andriew, Rendi meminjamkan kamera terbarunya untuk dipakai Panca merekam pertunjukkan nanti malam, Rendi cukup heran kenapa saya bisa kenal dengan Rully, sederhana saja saya sering ke Yogyakarta lalu berkenalan dengan Rully, pertama kali melihat Rully saat ZOO tampil di acara musik offline pertama Yes No Wave music di Kinoki tahun 2008. Santai santai sebelum manggung nanti malam, Rully memimpin rapat koordinasi pertunjukkan dengan 3 personel lainnya, dibuatlah setlist, setelah semuanya mandi kami berangkat ke Nen's Corner untuk sound check. Saya dan ZOO naek angkot, geng Cancimen naek sepeda motor bawa alat. 

Tidak lama tiba di venue karena memang masih dekat dengan C2O Library, segera sound check, saya dan Eri kembali ke Cipto ambil alat sekaligus jemput Indri yang akan ikut bersama kami malam ini. Kembali ke venue, check sound beres, sudah banyak yang datang, Prasasti Tour dimulai dengan penampilan HAWK, band tiga pemuda beraroma stoner-rock/sludge, saya mengenali dua diantaranya : Gagah Diorama dan Sipenk, penonton pun merapat, wah band pembuka aja udah bikin panas gini, sejenak saya menemani ZOO makan malam di Pasar Pakis, meskipun dapat es teh dengan rasa teh yang payah (hanya di Jawa Tengah yang teh nya layak dinikmati, mereka serius banget dengan teh, legi panas kental). Kembali ke venue, menikmati dua komposisi terakhir HAWK, beneran bikin panas. 

Duet MC : Benny & Phleg menghantarkan kami ke penampil selanjutnya : Klepto Opera. Tanpa sang vokalis, mereka tetap tampil, YY dengan gitar tiga senar, Ezif siap dengan seperangkat drum, dan sejumlah pria muda mempersiapkan berbagai instrumen ke-noise-an, dan kami pun diterjang badai sejumlah karya terbaru Klepto Opera. Tetap panas hingga Mooikite, 4 pria muda yang dengan tanpa getir bermain untuk kami, long live grunge. ZOO menjadi penampil pamungkas, Rully telanjang dada memakai ikat kepala, Bhakti masih memakai kaosnya (sebelumnya dia bilang sungkan mau telanjang dada di venue yang adalah club), Dimas dan Obet siap dengan drum dan alat yang dibuat oleh Wukir berupa kayu dengan senar kulit hewan. Posisi saya di depan panggung, ternyata disebelah saya adalah Fandi--junior 70, disebelahnya adalah Gamantyo--kawan Rully, ternyata mereka berdua adalah paman-kemenakan, wuahh tidak heran keduanya sama sama cerdas, Gamantyo seorang intelektual dengan kesukaan yang sangat atas musik progresif, Fandi seorang mahasiswa arsitektur dengan semangat jengki. 

Manekin Bermesin menderu, dengan mudah saya ber-sing-along, ZOO mengejutkan seluruh penonton dengan ketukan drum dan vokal yang kuat. Lebih dari sepuluh komposisi dalam waktu satu jam, ZOO menumpahkan Trilogi Peradaban dan Prasasti, dua album yang cukup berbeda. Rully sudah membuat materi untuk album kedua ZOO setelah Trilogi Peradaban dilepas ke publik melalui netlabel terpercaya : Yes No Wave Music, namun karena disbukkan dengan SENYAWA--proyek musiknya dengan Wukir, maka ZOO vakum. Materi rilisan fisik Prasasti pun sudah ditentukan sejak mula, memakai material batu, sementara di Trilogi Peradaban memakai elemen kayu, Prasasti menjadi rilisan fisik terspektakuler meskipun ada satu kekurangan : tidak ada pahatan, ini karena biaya memahat adalah mahal, jadi mereka "terpaksa" menempelkan besi bertuliskan Prasasti ke batu granit seberat 1,7 kilogram. Rilisan fisik berupa batu mewujudkan ide musik di album kedua ZOO.  

Acara berakhir dengan bahagia, semua yang datang terlihat mendapatkan sesuatu yang berharga malam ini, kami pun kembali ke peraduan dengan menumpan VW Combi, terimakasih kepada Decky yang telah mengusakan tranportasi malam ini. Kami beserta semua alat masuk ke dalam mobil, namun sayang saat tiba di peraduan, kaki Bhakti tertimpa koper efek yang berat, urat kakinya pun keseleo, sayangnya tidak ada tukang pijet yang beroperasi tengah malam. Banyak kawan turut ke C2O Library, yah kami sangat beruntung ZOO bermain di Surabaya, terimakasih buat Cangcimen yang mengurus semuanya dan sekali lagi makasih untuk Nen's Corner yang bersedia menjadi venue. 

Praoto melakukan sesi interpiu dengan ZOO di selasar, sisanya ngobrol ngobrol santai, hujan gerimis membuat kami berkumpul di dalam, menikmati foto dan video yang dikerjakan oleh Panca, wow menyenangkan melihat pertunjukkan barusan, terutama melihat raut muka para penonton, mereka terdiam terpana. Satu pertanyaan saya untuk ZOO, apa yang malas dilakukan saat tur, Rully menjawab dengan malas sound check, Dimas menimpali meskipun malas tapi sound check itu penting. Bir dan martabak datang, tawa berlanjut hingga pagi. 

Senin, 11 Februari 2013
Jam 5 pagi, Rully membangunkan rombongan, ternyata saya sempat tertidur. Dengan lekas mereka berkemas, siap menuju Stasiun Gubeng dan kembali ke Yogyakarta dengan kereta Pasundan jam 6 pagi. Saya, Rully, dan Obet naek taksi karena angkot tak kunjung datang, sisanya naik sepeda motor, tiba segera di Stasiun Gubeng Lama, mereka sarapan Soto Madura sebelum meninggalkan Surabaya, menabur Hymne Peradaban.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar