Senin, 11 Februari 2013

bersama Kami-Arsitek-Jengki : Keputran



Sabtu, 9 Februari 2013 

Nafis : mbak jadi ikut jalan kan?
Tinta : baru bangun :|

Lekas mandi, minum teh panas, bersepeda ke c2o library, jam 10 siang tiba di depan pagar yang masih terkunci. Saya dan kawanan Kami-Arsitek-Jengki : Bion, Adit, Kiky, Faisal, Risa, Atha, Acong akan menjelajah (lagi) Keputran. Kat membuka pagar, kami semuanya masuk dan Nafis memimpin membahas rencana kunjungan. Menyenangkan melihat kawanan K-A-J, mahasiswa arsitektur ITS yang memiliki semangat jengki, mengingat Rendi sang founder yang telah lulus dan bekerja di Tangerang. K-A-J yang hadir ada Adit yang bekerja di Malaysia sedang liburan dan pastinya sang kekasih Kiky yang juga baru lulus turut serta dalam jelajah Keputran siang ini; Faisal yang sedang membuat proposal tugas akhir berupa arsitektur artspace; Acong lulusan SMA 8 Jakarta; Bion lulusan SMA 1 Tambun Bekasi. Risa dan Atha dengan muka yang manis bersemangat berjalan kaki. 

Dede sang producer Babi Buta Ingin Terbang dan Postcard From The Zoo berkunjung ke c2o library, ditemani Kat, sementara kami mulai berjalan kaki menuju Keputran. 

Siang ini cukup terik, sudah 3 hari Surabaya terik padahal masih hitungan musim hujan dan menjelang Imlek. Kami berfoto di depan Hotel Olympic yang menjadi salah satu ikon Surabaya tahun 50-an. Masuk lorong yang membawa kami ke Kampung Keputran. Tujuan pertama adalah rumah Pak Haji Usman--informan yang Nafis temukan di sebuah blog yang menulis tentang Kampung Keputran. Alamatnya tertera Jalan Keputran IX no 29, cukup gampang kami menemukan, dan yang dicari sedang bersantai di selasar rumah dua lantainya. Dengan ramah pria berumur 60 tahunan ini menyambut dan mempersilahkan kami masuk ke ruang tamunya, Haji Usman yang bersarung langsung memakai peci dan mempersilahkan kami duduk lesehan di karpet, saya sempat kaget sedikit ternyata dia mempunyai bayi berusia 2 tahun. Nafis memperkenalkan kami semua dan menjabarkan maksud kunjungan. 

Haji Usman menceritakan dirinya, lahir di Bangkalan, saat kecil pindah ke Keputran Gang 5 tahun 70an, menikah lalu membeli rumah di Keputran Gang 9. Penghuni terbesar saat itu adalah Tionghoa peranakan, Jawa dan Madura mengikuti. Di era kolonial, kampung ini dihimpit oleh pembangunan jalan kembar Urip Sumoharjo, Hotel Olympic, dan pertokoaan. Haji Usman bercerita mengenai pertikaian warga Kampung Keputran dengan Hotel Olympic saat pembangunan hotel tersebut selesai, karena pembangunan hotel akan menutup akses warga Keputran ke Jalan Urip Sumoharjo maka perjanjian mula mula adalah pembuatan lorong yang menghubungkan Jalan Urip Sumoharjo dengan Kampung Keputran, ternyata pihak hotel tidak merealisasikannya, sejumlah pemuda Keputran membongkar tembok dan membuat lorong, satu tertangkap dan dihukum kurungan penjara, setelah itu pihak Olympic baru membuat lorong. Teringat lorong yang tadi kami lewati, lorong dengan hiasan relief di satu sisi tembok, satu sudut di lorong tersebut difungsikan sebagai kantor sekretariat RW I Kelurahan Keputran. Haji Usman menginfokan rumah jengki yang ada di Gang IX sama pemiliknya dengan rumah di Gang VI, sayang rumah jengki di Gang VI telah dirobohkan, saat kami kesana, tersisa dinding tengah ruangan yang berjendela gaya jengki pastinya.     

Kami lanjut keliling kampung, masuk keluar gang kecil berukuran semeter lebih, dan tiap di gang ada gang penghubung, seru! Tiba di masjid Mubarok yang menjadi bagian awal dari Kampung Keputran, masjid yang terbilang besar diantara dempetan rumah rumah, disana terdapat makam KH Arjoutsman yang wafat tahun 1946. Sejumlah dari kami melangsungkan sholat, lalu berjalan kaki menuju Keputran Kulon, makan siang di foodcourt Urip Sumoharjo yang sepi pengunjung dan penjual, sayang padahal posisinya sudah cukup oke. Kami melipir masuk ke rumah susun yang berada di belakang foodcourt, di mulut gerbang ada balai RW, taman bacaan, dan salon. Ternyata ada 3 menara, dan terlihat penuh dengan penghuni karena barang barang rumah tangga menongol di tiap jendela. Seorang warga menghampiri kami yang terlihat seperti rombongan turis, menanyakan maksud kunjungan kami, sebenernya kami pengen bisa masuk ke rumah susun dan berbincang dengan penghuni, kami disarankan untuk melapor ke RW terlebih dahulu, dan itu akan jadi materi kunjungan kami berikutnya.

Masuk ke gang gang Keputran Kejambon dengan deretan tanaman asri, menyambut kedatangan sore dengan mengakhiri jalan kaki kami. Sampai jumpa minggu depan!      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar