Selasa, 09 Oktober 2012

dua hari yang melegakan


Surabaya, 6 Oktober 2012
Udah mandi jam 5 pagi dan nyampe di C2O Library jam 6 lewat, udah ada Kat dan Erlin yang sedang bermain bersama the kittens, dan kami segera menuju Kampung Arab.Adhiel menjemput kami di depan Hotel Kemajuan dan kami melanjutkan shooting Manic Street Walkers edisi Kampung Arab. Scene yang akan dieksekusi adalah sarapan gule maryam di perempatan Jalan Sasak, Jalan Panggung, dan Jalan KHM Mansyur. Sepertinya kami adalah pelanggan terakhir, karena nih warung tenda udah buka dari jam 12 malam dan akan tutup jam 7 pagi. Kami memesan 2 gule dan 2 roti maryam sambil shooting dan melihat gule kacang ijo yang berisi daging kambing muda yang ditusuk menjadi sate, wuihh memang terlihat ajaib. Gule kacang hijau disajikan dalam piring makan, diberi toping minyak samin (kayaknya nih minyak daging kambing), Adhiel merekomendasikan gule maryam ini karena enak dan dikelola oleh keluarga Madura yang pernah bekerja di depot gule maryam milik keluarga Arab yang terkenal dahulu kala. Kat mengangguk menyatakan gule nya enak dan tidak eneg, saya icip dikit, wah berasa rempahnya dan tidak terasa bau daging kambing yang biasanya menyengat, roti maryam nya dicelupin di gule dan dimakan, seru rasanya dan ditutup dengan minum teh manis panas, kita kenyang! sang pemilik memberikan kami harga 20ribu untuk semua yang kami konsumsi, wah termasuk murah, makasih Pak Haji Habili.  

Saya telepon Najmi gak diangkat, kayaknya dia masih tidur, kami lanjut shooting lagi di Jalan Sasak, menemukan bangunan kolonial yang apik lalu masuk Jalan Ampel Suci. Toko toko masih banyak yang tutup, kami mengunjungi beberapa lapak dan membeli komik Taman Surga, kehabisan komik Siksa Neraka. Berhenti di depan dagangan pecel Bu Endang yang terkenal di warga lokal, bahkan sempat terjadi promosi dadakan, beberapa warga lokal yang notabe adalah keturunan Arab memuji enaknya pecel Bu Endang yang notabene beretnis Jawa, nah gini nih serunya jalan kaki, bisa ngobrol sama warga lokal. Kami masuk ke Jalan Ampel Magfur, melewati Taman Kanak Kanak-nya Adhiel jaman dulu dan tukang potong rambut yang biasa dia datangi. Kembali di Jalan KHM Mas Mansyur yang kalo pagi hari menjadi semacam Jalan Gembong--menjual barang bekas. Sesi terakhir pagi ini adalah ke rumah Najmi dan kami benar benar membangunkan Najmi untuk shooting selama 5 menit, heheh maap yah Najmi. Jam 9 pagi Erlin dan Kat mengantarkan saya ke Stasiun Gubeng, kereta api Logawa membawa saya ke Yogyakarta 30 menit kemudian.  

Yogyakarta, 6 Oktober 2012
Tiba di Lempunyangan jam 4 sore, segera ke angkringan favorit tapi kue yang biasa dibeli gak ada, langsung jalan kaki ke Lir Shop di Jalan Anggrek yang berada di kawasan Baciro. Mampir ke v.u.f.o.c tapi gak ada orang dan tiba di Lir menemukan Ika yang sudah siap membuka pameran tunggalnya. Ada Menuz dan Ican, berkenalan dengan Francis yang menemani Ika selama di YK, dan langsung ditanya mengenai Indonesian Netaudio Festival, huhu ternyata beritanya cukup menyebar di scene underground, saya jadi tambah semangat. Jam 5 sore pameran dibuka oleh Dito--sang pemilik Lir Shop dan Ika Vantiani dan kami yang kebanyakan adalah handai taulan sang seniman kolase menyerbu ruang pamer yang bercat putih dan berukuran tidak lebih dari 3m x 3m.

Pengantar pameran Her Power Finger ditulis oleh Kartika Jahja, ada sekitar 10 karya kolase yang dipamerkan, satu karya telah terjual. Dan kolase yang dibuat Ika sejak tahun 2008 hingga 2012 adalah sangat menarik, yang menjadi favorit para wanita pastinya kolase yang membuat motif gaun, sangat memukau! Mita hadir, wah senang sekali ketemu dia setelah Papermoon menyelesaikan turnya di USA, dan mukanya penuh dengan bekas luka cacar, ketemu juga dengan Ria dan Iwan, mengucapkan selamat atas keberhasilan pertunjukkan dan workshop Papermoon di USA. Moki, Nanto, Tria Nin, Andhika turut hadir, membuat saya semangat meskipun kelelahan karena perjalanan. Koko, Isdi, Rangga menyusul datang, selalu bahagia jika berkumpumpul bersama mereka, Koko dan Isdi yang datang dengan muka pucat karena mereka dilanda sakit demam  menghadiahkan saya Warta Jaya #4 yang mungkin adalah edisi terakhir karena Isdi dan Koko telah diwisuda. Dan Warta Jaya #4 adalah menggemaskan, memamerkan toko toko lawas di YK, interpiu dengan atlit sepeda, iklan iklan usaha keluarganya Koko, yang terbaru adalah Homestay di Beetwen Two Gates. Membahas zine bersama Dito, Menus, Ari, dan kawan kawan pecinta zine lainnya adalah menyenangkan! Wok The Rock mengabarkan akan segera datang ke Lir, saya mengirim pesan singkat ke Krisna dan Redy untuk meeting dadakan di Lir. 

Wok, Ari, Redy, Jude, dan saya membahas mulai dari konsep hingga anggaran, dan hasilnya adalah melegakan. Kami akan mengadakan Indonesian Netaudio Festival selama dua hari (16-17 November 2012) dengan acara yang sederhana yaitu diskusi dan pertunjukkan musik, kami akan mengutamakan perluasan informasi festival ke media massa dengan membuat media kit yang bagus dan website. Anggaran hanya kurang dari satu juta karena hanya untuk sound, alat musik akan kerjasama dengan UKM musik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta--kampusnya Jude & Redy. Jam 9 malam kami bubar karena Lir tutup jam 9 malam kayak C2O Library dan sepanjang malam Dito ngecengin saya karena waktu dia ke C2O Library "diusir" karena sudah jam 9 malam heheh kami berusaha untuk disiplin waktu buka dan waktu tutup.

Selanjutnya adalah makan malam di Gudeg 8055 bersama Ari dan Rangga. Malam ini saya menginap di kost Gibbon di Jalan Durian 8, Rangga mengantarkan saya kesana, ternyata Gibbon malam ini nginep di kost temannya, setelah mendapatkan kunci kamar dari bapak kost, saya langsung mandi dan istirahat, yakin malam ini akan tidur nyenyak karena udara yang sejuk, sangat makasih atas kamar mu Gibbon.

Yogyakarta, 7 Oktober 2012
Yaw tidur nyenyak dan terbangun tanpa alarm jam 6 pagi, berniat ke warnet dan cari sarapan, tapi 2 warung burjo yang saya datangi tidak menjual burjo, akhirnya sarapan pisang molen. Jam 8 mandi dan Gibbon datang, jam 9 segera cabut menuju shelter Trans Jogja di depan kampus UPN, menuju Lir, jam 10 workshop kolase bersama Ika Vantiani. Saya telat 30 menit tapi untung baru dimulai, telah bergabung Dina, Tria Nin, Ria, beberapa wanita bule dan kawan kawannya Mira, wah cewek semua, tapi Dito, Kurniadi Wibowo, dan Francis ikutan, jadi tambah rame, Ocha dan kawannya menyusul datang, tambah tambah rame. Ika sharing mengenai cara kolase yang tanpa biaya karena menggunakan barang tidak terpakai dan cara memilih kombinasi warna yang menarik, dan yang utama dalah fokus, jangan memasukkan semua hal yang menarik dalam kolase mu, heheh ini yang sulit.

Sambil makan nasi goreng hijau yang adalah campuran cabe hijau, daun kemangi, dan basil, saya bikin 3 kolase : kolase selamat datang di YK, kolase selamat ulang tahun mama, dan kolase kartupos untuk Annisa. Dan hujan pun turun dengan cukup deras, ini adalah hujan pertama, aduh nyaman banget liatnya, hujan dan bersantai di Lir, Yogyakarta menjadi sejuk, saya membayangkan Surabaya yang tetap akan panas hingga akhir Oktober. Workshop berakhir jam 2 siang, Mira dan Dito segera berbenah karena jam 3 sore adalah workshop zine bersama Menuz : Yogyakarta Zine Attack.

Jam 3 sore belum ada anak anak zine yang datang, saya kelaparan, jalan kaki ke Jalan Tunjung Baru dan makan burjo "murni" yang menjadi favorit Rere. Kembali ke Lir dan anak anak udah pada ngumpul, malah rame banget dan acara dimulai jam 4 sore. Kami duduk di kursi dengan meja memanjang, wah ini berasa gathering zine maker Yogyakarta, ada juga yang datang dari Tumenggung yang membuat OFF zine. Dimulai dengan sesi perkenalan, ada Andhika yang menawarkan siapa yang berminat meneruskan Rise, Isnen dari RAR, Tria Nin, Dhani yang berniat mengarsipkan zine dari Yogyakarta, Tommy yang membawa banyak kawan kawan, ahh seru dan rame! Kami lanjut membuat kompilasi, dimulai dengan membuat bersama cover depan dan belakang lalu masing masing membuat karya dalam satu lembar kertas A4, kompilasi ini akan dipamerkan minggu depan di tempat yang sama yang telah menjadi tempat kesayangan saya di YK.

Workshop zine bubar jam 7 malam. saya, Rangga, dan Andhika meluncur ke Demangan, Briliant at Breakfast akan tampil di Paztalagani, Jalan Cendrawasih. Wah venue yang berupa restoran adalah sangat pas dan nyaman, di-setting tidak ada meja kursi di depan panggung, Andhika membuka lapak kaset, bersua dengan Arkham, Ogi, dan banyak kawan kawan Common People. Tria Nin dan Danto juga hadir, wah saya yang baru kenalan sama Tria jadi berasa akrab karena seharian beraktivitas bersama. Gibbon menyusul datang bersama kawannya Sekar dan pertunjukkan dimulai.

Answer Sheet membuka Brilliant at Breakfast's Japan Tour Pre-Show, membawakan tembang tembang di single mereka yang diliris oleh SEA Indie--netlabel indiepop asal Thailand dan juga lagu lagu yang akan diliris dalam album pertama mereka dibawah Paperlane Records yang dikelola oleh Arkham. Penampilan Answer Sheet cukup memukau penonton meskipun katanya mereka grogi. Saya berharap mereka menambah instrumen perkusi ketimbang bass. Panggung kini dikuasai oleh personel Brilliant at Breakfast, saya hanya mengenal Eka--sang otak dari Brilliant at Breakfast--dan Rizki. Sebelum mereka main, Eka menuturkan sebuah kisah mengenai dua ekor kuda yang tertinggal rombongan karnaval, Eka mengundang audience untuk membantu dua kuda tersebut menyusul rombongan karnaval ke Jepang dengan media permainan ular tangga, sangat lucu, dan saya didapuk menjadi salah satu dari dua volunteer yang akan mengantarkan sang kuda ke Jepang.

Brilliant at Breakfast setelah sharing cerita mengenai tur Jepang yang akan mereka lakukan pada 17-18 Oktober 2012 memberikan lagu lagu manis, manis sekali dan saya pun langsung jatuh cinta, ini adalah perdana saya melihat pertunjukkan Brilliant at Breakfast. Saat bermain ular tangga saya pun tiba di kotak "beruntung" dan saya sangat beruntung mendapatkan kaos merchandise tur Brilliant at Breakfast dengan artwork manis karya Nuchan, aduh emang udah niat beli tapi duit cash gak cukup, Rangga bilang sayang selalu berungtung, beberapa kali mendapatkan merchandise gratis dari band yang saya liat pertunjukkannya, tapi sebenernya sungkan karena sudah seharusnya saya membeli.  

Pertunjukkan berakhir sekitar jam 10 malam, Arkham memperkenalkan saya dengan personel Kaveh Kanes yang malam itu hadir semua, eh ternyata dua dari personel Kaveh Kanes adalah personel Brilliant at Breakfast. Royan dan Mumu adalah gitaris dan perkusi di Brilliant at Breakfast, Asat yang adalah sang vokalis ternyata mengenal Adhiel dan Alfan dan dia dalah kelahiran Surabaya, Jaim juga adalah personel Lazyroom, wah KAveh Kanes jadi semacam band all star. Saya sharing mengenai proyek Indonesian Netaudio Festival dan video Manic Street Walkers edisi Kampung Arab karena 3 dari 4 personel Kaveh Kanes adalah keturunan Yaman dan mereka dengan semangat mendengarkan cerita saya, saya jadi bangga dengan proyek kecil yang saya lakukan dengan kawan kawan mendapatkan perhatian dari orang lain.

30 menit kemudian saya dan Rangga pamit cabut duluan, saya janjian bertemu dengan Krisna dan Domi di KKF, kami menuju selatan. Tiba di KKF, masih ada pertunjukkan, kami langsung masuk galeri yang memamerkan karya Atjeh--personel Punkasila. Wah karya kertas yang diukir menjadi bentuk ular dan tangan ditambah proyektor lampu neon, menebarkan kata kata yang provokatif, karya yang menarik! Segera meeting dengan Domi membahas produksi kaos, cukup ragu apakah Domi bisa segera memproduksi kaos karena doi masih sibuk. Lanjut meeting dengan Krisna membahas zine, saya jadi sungkan karena dia siap segera bekerja, menunggu kiriman materi dari saya. Beres meeting Indonesian Netaudio Fest, mengucapkan salam ke Gobrams yang malam itu menyanyikan 30 lagu, saya siap kembali ke Surabaya, dua hari ini adalah yang terbaik, bertemu ngobrol dengan kawan kawan tercinta, beraktivitas bersama di tempat yang nyaman, dan rencana Indonesian Netaudio Festival yang melegakan.

Sebelum ke Janti saya dan Rangga supper yamie, dengan porsi jumbo kami berdua berhasil menghabiskan karena emang kelaparan. Membahas kekaguman kami atas pertunjukkan Brilliant at Breakfast, Rangga akan membuat reportasenya, yeah. Jam 12 malam saya naek Mira dan tiba di Bungurasih 9 jam kemudian, perjalanan terlama SBY-YK, kenapa jadi macet gini sih Jawa Timur di Senin pagi. 

foto koleksi Lir Shop

Tidak ada komentar:

Posting Komentar