Rabu, 18 April 2012

malang : dekat di mata (tidak) jauh di hati

minggu, 15 april 2012

kereta api penataran jam pertama sudah habis, diborong suatu grup, yah terpaksa ngambil jam kedua, 07.35. mata masih ngantuk, tapi milih baca "heidi - johanna spyri" bacaan tepat memperingati perjalanan saya ke kota malang--dataran tinggi. lapar muncul, memang saatnya sarapan, saya ke pasar gubeng beli roti coklat. ferry agusta mengirim kabar dia sudah tiba di stasiun kota malang, wuahh saya lupa mengabarkan keterlambatan saya, akhirnya kami batal berjumpa karena siang ini dia ke singosari. kereta pun berangkat, saya dapat tempat duduk di bagian kanan, lebih apik mengembara pemandangan alam melalui jendela kanan, ditambah saya membaca heidi dengan setting pegunungan di swiss.

kereta tiba 3 jam kemudian di stasiun kota malang baru, langsung menuju loket, berniat membeli tiket pulang, dan gak dapat, semua habis untuk hari ini, yah terpaksa naik bis pulang ke surabaya. keluar stasiun disambut keriuhan acara pertandingan in-line skate tingkat anak-anak yang digelar di jalan kertanegara, saya pun sempat menikmati satu lap, mereka sangat menggemaskan, bahkan ada salah satu peserta yang muntah setelah menyelesaikan lap yang terakhir. setelah melewati gedung kantor walikota malang, saya masuk ke jalan mojopahit, destinasi pertama adalah alun-alun. menjajaki jalan majopahit yang adem dengan jejeran pohon angsana yang memukau, kenyamanan yang sama saat melewati bunderan jalan tugu.

tidak lama saya menemukan papan nama bertuliskan "taman rekreasi kota" wah pasti ramai dengan penduduk lokal nih, saya pun masuk, dan waw menemukan pemandangan sebuah sungai dari atas lereng. taman rekreasi kota berisi kandang2 hewan yang cukup terbengkalai dan pastinya hewan yang tinggal di dalam sangkar adalah stress. ada juga playground, jasa delman dan kuda. ramai pengunjung yang kebanyakan adalah rombongan keluarga, saya menuju pusat keramaian lainnya yaitu kolam renang, tiket masuknya cuma 2500rupiah, kao hari libur 3000rupiah, murah banget, sesuailah dengan tagline-nya "taman rekreasi rakyat". kolam renang pun penuh dengan anak-anak dan orangtua mereka, semuanya terlihat senang, aduh kebayang segarnya air malang, jadi pengen berenang (tapi kapan? rencana berenang bersama opet dan ajeng selalu kandas di jalan).

keluar dari taman rekreasi, melewati jembatan, dan menemukan tumpukan sepeda motor di bahu jalan, pasti ada sesuatu disana, saya menyebrang dan menemukan pendopo yang menjadi bagian dari art centre dewan kesenian malang. sedang ada latihan menari disana, wah ini ruang publik yang potensial meskipun tidak besar dan lumayan terbengkalai, tapi pusat keramaian bukan disana, saya lanjut berjalan masuk ke jalan brawijaya dengan papan bertuliskan "pasar burung". tanpa papan tersebut sudah sangat jelas bahwa sepanjang jalan brawijaya yang tidak terlalu besar dipenuhi oleh sangkar burung dan kicauan burung pastinya. wah meskipun saya pecinta hewan, saya masih terhibur dengan kesibukan manusia-manusia yang berkerumun disana. ternyata tidak hanya pasar burung, tapi juga pet shops, jadi inget charlie. ini pasar burung terheboh yang pernah saya kunjungi, jadi kangen barito.

abis pasar burung saya menemukan pasar bungan, wuahhh ini mah mata saya langsung hijau, adem banget liat tanaman hias yang menyejukkan hati, padahal udara siang ini juga sejuk, sejuknya jadi double. saya pun keliling, keluar masuk stan bunga, merasakan harum tanaman. keluar pasar bunga saya kembali ke pasar burung, menemukan pusat keramaian lainnya, ternyata pasar ikan, saya pun meluncur kesana, disambut bau amis dan becek yang gak bikin jijik. wah, satu komplek pasar hewan yang menarik dengan pemandangan sungai dan sebuah pohon beringin yang besar. saya pun kembali ke jalan mojopahit yang nama awalnya adalah jalan splendid, pantesan di mulut jalan ada splendid inn, dan jalan mojopahit memang splendid! saya melihat kembali ke peta lalu belok kiri masuk jalan mgr sugiyo pranoto, sebelumnya disajikan toko oen, gereja katolik hati kudus yesus, dan malang tourist information centre yang saat itu beroperasional, wah bagus lah karena sering banget menemukan pusat informasi yang tutup.

saya sempat mampir ke jalan mgr sugiyo pranoto gang IV, sebuah gang sempit dengan beberapa rumah kolonial yang cantik, pasti ini kampung lama. kembali menuju alun alun, dan tidak lama saya berada di tengah alun alun yang ramai pengunjung dan penjaja mainan anak, cukup nyaman disini, saya istirahat sebentar sambil makan roti coklat. selain gereja katolik hari kudus yesus, di sekitar alun alun juga ada masjid agung dan mal alun alun. kembali mengamati peta, mencari jalan ke kedai sinau. pertama menelusuri jalan kauman, bertemu seorang gadis gila, dengan ramah dia meminta semua yang saya pake, saya pun hanya tersenyum dan berjanji akan kembali menemuinya, lalu masuk jalan kawi dengan sisi kiri bertumpuk rumah kolonial yang banyak beralih fungsi menjadi area bisnis, di sebelah kanan adalah mal olympic garden dan bertemu dengan jalan raya ijen yang menyajikan rumah2 kolonial yang apik dan perpustakaan kota malang dengan cat tembok yang mencolok mata. saya masuk ke jalan wilis, jalanan lenggang, sejak tadi menemukan tumpukan kendaraan bermotor, wah malang sudah ramai dengan lalu lalang kendaraan bermotor, membuat saya susah menyebrang sembarangan.

terus berjalan sampai pasar buku wilis, saya pun melirik masuk, yah seperti kampung buku tapi koleksi mereka lebih banyak, tapi masih kalah dengan shopping di yogyakarta. dan ternyata kedai sinau tepat berada di depan pasar buku, saya pun langsung menyebrang dan masuk kedalam sebuah ruko dengan banyak buku yang dipajang-dijual. siang itu hanya saya yang penjadi pengunjung, beberapa pengelola kedai sinau sedang santai mengobrol, saya pun langsung melihat deretan punggung buku, menemukan "mirah dari banda - hanna rambe", kebetulan carlos sedang nyari nih buku, saya langsung sms dia, dan dia telpon minta dibelikan. kebanyakan buku yang dijual adalah terbitan indonesia tera, ultimus, kobam, jalasutra, kebanyakan teks bahasa indonesia dan terbitan lama, baguslah jadi referensi yang berbeda. saya pun berkenalan dengan dewi dan nana yang mengelola kedai sinau, ternyata kedai sinau juga ada di jalan bekasi, jakarta, mereka juga menerbitkan buku. selain menjual buku, kedai sinau menjual kopi KW 1, dan sering menjadi tempat perhelatan diskusi buku. puas mengobrol saya pamit melanjutkan perjalanan ke jagrak tengah (JT)--venue pertunjukkan musik grunge yang saya akan datangi.

kali ini gak pake peta, feeling saya ambil jalan gede, melewati tumpukan depot dengan embel2 dempo: "bakso dempo, es dempo, mie ayam dempo". belok kiri masuk ke jalan pahlawan trip, nah baru liat peta dan saya berada di arah yang tepat, ujung jalan pahlawan trip adalah gereja kathedral santa perawan maria dari gunung karmel, lanjut berjalan masuk jalan buring dan wah menemukan trotoar terlebar dan nyaman di kota malang. ya ampun jalan kaki di malang asjik banget ditambah udara yang sejuk,. jalan buring berakhir, belok kiri jalan brigjen slamet riadi, lalu balik kanan jalan basuki rachmat, lalu liat peta, dan saya salah jalan hehhe. seharusnya belok kiri masuk jalan jaksa agung suprapto. melewati rumah sakit umum daerah dr. saiful anwar--pakdhe sunarko pernah dirawat disana, belok kiri masuk jalan patimura. menemukan jalan belakang rsu yang menyajikan deretan depot, saya memang lapar, ya udah mampir dan makan nasi sayur sop plus tempe, lalu cabut ke TJ. sebelum TJ ternyata melewati legipait, wah tempat yang asjik. di TJ sudah banyak yang nongkrong di depan venue, saya langsung membayar HTM 5000rupiah, lalu segera masuk, ya elah di dalam venue lebih sedikit pengunjung ketimbang di luar.

tidak menemukan seorang pun yang saya kenal, sms eko dan oming, eko pun langsung menghampiri saya, memberikan pesanannya "menggapai utopia". info dari eko, arek grunge malang--penyelenggara acara "kami tetap ada!" menyewa cafe ini, jadi semua kursi disingkirkan, tapi berasa datang ke venue yang terbengkalai, tapi tetep asjik. ok, banyak band yang sudah tampil sejak tadi siang, saya tiba di venue sekitar jam 4 sore, oming dan hilmi pun datang, wah senangnya bertemu mereka lagi dengan kondisi yang berbeda (mengingat kejadian tempertantrum yang cukup tidak mengenakkan). ok saya tidak membahas gig-nya, saya tidak mendengarkan grunge, hanya tahu beberapa lagunya nirvana dan pearl jam, dan baru dengerin alice in chains setelah direkomendasiin sama opet. break maghrib, kami keluar, kopidarat dengan aidil anekdot sambil menikmati udara sejuk di perempatan klojen. saya dan oming ikut ke masjid, eko dan hilmi sholat. sharing ke oming mengenai trip jalan kaki yang baru saya lakukan, sharing mengenai buku-buku favorit, dan kami kembali ke venue. pertunjukkan dimulai lagi, lebih gilak yang moshing, saya pun kebelet mau ganti pembalut, tapi udah kebayang toilet yang penuh dengan muntahan, ruangan ini bau arak. yah memang melancong gaya ekstrim saat menstruasi tidak disarankan. memaksakan diri ke toilte, dan benar beberapa tubuh bergelimpangan tak sadarkan diri di depan toilet, dan pas masuk toilte tidak menemukan air bersih setitik pun malah muntahan dan bau kencing yang pastinya tidak disiram.

yah saya pernah merasakan toilet yang lebih parah, jadi ini masih layak untuk ganti pembalut. kembali menemui oming dan hilmi, mengabarkan kekejaman toilet. kami memutuskan untuk ke legipait, meninggalkan eko yang tampak sangat menikmati pertunjukkan. hanya jalan kaki sebentar saya tiba di legipait yang sedang ramai pengunjung (sementara oming dan hilmi naik motor). masih ada satu meja tersisa untuk kami, saya langsung menuju toilet, cuci tangan dengan air yang bersih dan sejuk (pastinya kamar mandinya legi pait bersih dan nyaman). oming memesan teh cinnamon, saya teh limegrass, hilmi teh jahe. tak lama pesanan datang, diantar oleh dikin--pria yang ramah dan hobi bersepeda. kali ini saya dan oming yang saling bertukar cerita, hilmi terlihat tidak bersemangat karena ngantuk dan sariawan. karena oming akan menulis resensi budaya bebas, saya merekomendasikan buku wikipedia revolution, dan sharing tentang budaya bebas karena oming belum selesai membacanya. alfan bergabung di meja sebelah, ok legi pait ini memang nyaman! oming cerita kalau juli besok dia akan residensi penulisan di cemeti, wah suatu prestasi yang ok, saya pun sharing soal banyaknya galeri dan ruang alternatif di yogyakarta. satu hal yang bikin saya sedih adalah kenyataan bahwa saya tidak bergaul di kota sendiri, surabaya. oming sharing dia banyak bergaul (nongkrong) untuk mendapatkan update dan informasi karena majalah sintetik adalah media, maka penting banget mereka berdua bergerak di scene. saya jadi melihat diri saya sendiri, saya jarang sekali nongkrong dengan anak2 surabaya, hanya datang pas event, tidak mengetahui proses berkarya mereka ataupun kendala yang mereka hadapi, saya hanya terima hasil akhirnya saja, menyedihkan. dan saya teringat pesan dari alfan : don't be sorry, be better.

sudah jam 9 malam, saya sampai lupa sms samack, jadinya dia gak bisa gabung karena saya kemalaman kasih kabar, yah semoga lain kali saya bisa cepat berkunjung ke kota ini lagi. memanggil eko via sms untuk acara makan malam, eko datang dan diputuskan makan di depan stasiun. saya nebeng sepeda motor eko, tentu saja oming bersama hilmi. plat motor eko KH, ternyata dia berkampung halaman di sampit dan sukanya nyetrit (julukan oming untuk eko karena eko sering banget hunting makanan jalanan yang murah). kami tiba di sebuah waung lalapan, saya pesan terong dan tempe, hilmi dan oming pesan telur penyet, eko gak makan, katanya udah makan tadi. sambil nunggu pesanan, eko dengan panjang lebar tanpa titik menceritakan pendapatnya mengenai scene musik (pop) surabaya. saya kaget dia tahu detil perkembangan scene musik pop surabaya (saya menebak dia tahu dari alfan). tapi eko begitu berapi-api menanyakan ketidakberlanjutan scene musik (pop) di surabaya, saya pun menjawab dengan tenang bahwa spacecity kembali dengan membuat acara tribute to oasis dan postrock kids surabaya juga bikin event musik postrock di hari yang sama. kami berempat menyudahi pertemuan malam ini dan akan bertemu minggu depan di surabaya untuk pembukan pameran milisi fotokopi.

eko mengantar saya ke terminal arjosari, saya yakin bis masih ada jam segini, sekali lagi saya sangat menyesali bis malang-surabaya tidak 24 jam. dalam perjalanan yang cukup panjang ke arjosari, eko menyatakan kegundahannya mengenai hubungan antar-scene surabaya-malang, berasa kayak hubungan arema-persebaya, wah saya pun tidak terlalu memperhatikan pengamatan eko. tiba di arjosari saya buru-buru masuk dan menemukan bis terkakhir sudah berangkat jam 11 malam, jam tangan digital saya menunjukkan angka 11:16, yah terpaksa menginap (lagi) di arjosari tapi setidaknya kali ini saya tidak akan kedinginan, kostum saya hari ini celana jeans, kaos, sweater, dan topi kupluk. dan ini akan jadi perjalanan pulang dari malang ke surabaya terpanjang dalam sejarah hidup saya.

terimakasih sangat untuk oming dan hilmi yang menerima saya di malang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar