Minggu, 01 April 2012

blitar, youth syndicate family, paris in the making



jumat, 23 maret 2012

stasiun gubeng lama

antrian tiket kereta api penataran dan rapih dhoho mendominasi pemandangan pagi buta jam setengah empat, padahal loket baru buka jam 4 pagi. saya buru-buru ikut mengantri, dalam hati lumayan yakin kehabisan tiket jam pertama. di beberapa spot antrian terjadi sedikit percecokan karena beberapa calon pembeli tiket menyerobot antrian seenak udel. loket dibuka, antrian bergerak lambat, sudah jam setengah 5 pagi, ternyata kereta belum datang, ternyata saya dapat tiket! penataran meluncur jam 5 pagi, berusaha tidur tapi pesona matahari terbit menjaga mata saya melek, dan pemandangan alam menuju kota malang memang menarik! setelah malang, perjalanan ke blitar juga menarik, ini kedua kalinya saya naik kereta api ke blitar. 2 tahun lalu saya melancong ke blitar, tapi hanya ke candi penataran dan makam bung karno.


blitar kota patria

perjalanan ke blitar dengan kereta api cukup menegangkan karena melewati 2 terowongan dan beberapa jembatan dengan lembah dan sungai yang deras. satu hal yang berkesan adalah bendungan sutami yang berada di desa karangkates, kecamatan sumber pucung, kabupaten malang (hasil pencarian via google) dan keberadaan plta sutami dengan kondisi alam yang masih asri, adem liatnya. 5 jam kemudian saya tiba di stasiun blitar, jauhnya sama kayak ke yogyakarta. setelah mengecek jadwal kereta untuk kepulangan besok, saya berjalan kaki keluar stasiun, mengambil arah kanan ke pusat kota!

mulai dari jalan mastrip yang cukup banyak tersaji money changer, melihat ke kanan ada jalan mataraman yang memamerkan rumah kolonial. saya langsung menyebrang dan masuk ke jalan mataraman yang lumayan mirip dengan kampung ampel di surabaya dan kotagede di yogyakarta. saya mampir di sebuah rumah yang menjual makanan, disana berkumpul beberapa warga lokal, sekalian saya tanya arah jalan teuku umar dan membeli kolak jenang seharga 2000 rupiah. kolak labu dengan bubur sum, komposisi yang baru bagi saya, cukup nikmat dan mengenyangkan karena saya tidak sarapan.

menelpon ardian yang berkampung halaman di blitar, mengabarkan keberadaan saya, dengan sigap ardian memberikan petunjuk jalan menuju jalan teuku umar, dan merekomendasikan untuk berkunjung ke rumah bung karno di jalan sultan agung yang searah dengan jalan teuku umar. keluar dari mataraman masuk ke jalan seruni lalu bertemu jalan merdeka yang sepertinya adalah kawasan niaga dengan trotoar yang rapih dan bersih. dari kejauhan terlihat aloon-aloon, saya pun belok ke kiri meskipun seharusnya belok kanan untuk ke jalan teuku umar. waw saya menemukan aloon-aloon yang wuapik, banyak pohon beringin berjejer rapih di muka aloon-aloon. saya buru-buru masuk dan menemukan sebuah pohon beringin di tengah aloon aloon, pohon beringin yang dikepung oleh pagar bercat merah putih. seperti umumnya, terdapat kantor walikota dan mesjid agung di depan aloon aloon. hamparan rumput hijau di dalam aloon-aloon sangat menggoda untuk dikelilingi apalagi kicau burung riang terdengar; playground yang berseling dengan alat fitness tersaji rapih di pinggir aloon-aloon, ide penyediaan alat fitness juga akan dieksekusi oleh risma--walikota surabaya di taman stren kalimas, surabaya.

keluar aloon aloon menemukan semacam arca yang berada di halaman kantor humas kabupaten blitar, lanjut berjalan kaki di jalan semeru, belok kanan ke jalan masjid, menemukan beberapa rumah berasitektur jengki, belok kanan masuk jalan anjasmoro, terlihat spanduk bertuliskan "dirgahayu kota blitar ke-106", belok kanan lagi masuk jalan kelud, dan waw menemukan sebuah rumah berasitektur jengki yang wuapikk dan super-terawat, mupenk banget pengen masuk, tapi pagar terkunci. kembali lagi ke jalan merdeka, ambil kiri ke jalan ahmad yani, suasana trotoar cukup lenggang, hari ini hari libur nasional tapi hampir semua toko di jalan merdeka beroperasional. sepanjang mata memantau tidak ada ruko atau mall, tapi di jalan ahmad yani sedang berlangsung proyek pembangunan merdeka timur centre, semacam komplek ruko, wah malesss.

masih di jalan ahmad yani, terlihat SMPN 1 Blitar--sekolah negeri terbaik di "daerah" biasanya berdasarkan nomer, jadi SMPN 1 pasti sekolah terbaik--dengan bangunan berasitektur kolonial yang terawat. belok kiri ke jalan panglima sudirman, menemukan GPIB eben haezer dan SMK katolik santo yosep dengan arsitektur kolonial juga, wah betah dah jalan kaki keliling di blitar. saya kembali menelpon ardian karena belum menemukan jalan sultan agung dan hanya saya seorang di sepanjang trotoar. ardian memberikan arah dan wah ternyata jalan sultan agung sudah di depan mata. jalanan lenggang dan tiba di perempatan, leher menoleh ke kiri, melihat kumpulan pohon yang rimbun, menunda kunjungan ke rumah masa kecil bung karno, menuju kumpulan pohon. menelusuri jalan dr. ismail dan bertemu dengan taman rekreasi keluarga kebonrojo yang berada di jalan diponegoro, dengan mata berbinar-binar langsung masuk taman, disambut kicauan burung, atmosfer yang adem, seperti kebun bibit (taman flora) di surabaya namun atmosfernya lebih jadul, sesuai dengan namanya: kebonrojo--kebunnya raja alias kebunnya ratu wihelmina. selain pohon yang banyak, besar, dan rindang, juga ada playground, kandang hewan yang cukup terbengkalai, panggung kontes burung, papan panjat tebing, dan monumen dengan relief dalam rangka mengenang kejayaan bung karno--konferensi asia afrika, lahirnya pancasila, proklamasi, indonesia menggugat, dan membangun dunia baru (30 september 1960).

wah kejutan siang bolong menemukan kebonrojo yang kayaknya jadi tempat favorit warga lokal menghabiskan waktu senggang. keluar kebonrojo, masih di jalan diponegoro dengan banyak bangunan kolonial seperti gereja katolik st. yusuf dab SMAK diponegor, saya berjalan kembali ke jalan sultan agung, dan akhirnya tiba di istana gebang--rumah masa kecil bung karno--di jalan sultan agung 68/74. wah ini jadi pengganti kekecewaan saya tidak bisa masuk ke istana bogor awal maret lalu saat melancong ke kebun raya bogor. istana gebang jadi salah satu obyek wisata andalan kota blitar selain makam bung karno dan perpustakaan bung karno. pemandangan yang aneh adalah rumah di sebrang istana gebang, sebuah rumah dengan lebih dari 3 antena parabola, macam markas intelijen. halaman istana gebang sekaligus menjadi lahan parkir yang juga diisi oleh pedagang souvenir dan kendaraan bermotor para pelancong, terlihat bangunan utama yang bergaya kolonial tropis dengan lumayan banyak elemen kayu.

masuk istana disambut penjaga, saya cukup kaget dengan kondisi istana yang sederhana, memang cukup besar dengan banyak kamar tapi yah sederhana dengan properti yang otentik dan banyak lukisan bung karno. disamping bangunan induk pastinya ada beberapa bangunan lainnya, yang menarik adalah gedung kesenian--semacam aula untuk pergelaran pertunjukkan seni, saya sih gak masuk ke gedung tersebut soalnya lumayan buru-buru pengen lanjut ke jalan teuku umar no 14--tokonya addy londo. cukup puas berkeliling kilat di istana gebang yang dikemudian hari saya baru tahu kalau istana gebang baru dibuka kembali januari lalu karena sempat ada masalah hak kepemilikan, akhirnya pemerintah kota blitar mengambil alih istana gebang dengan ganti rugi 35 miliar rupiah. keluar dari istana gebang, saya dikejutkan dengan runtuhan rumah berasitektur jengki, hehe saya jadi gak heran dengan banyaknya rumah beraksitektur jengki disini karena kota blitar menjadi identik dengan soekarno--yang mempopulerkan arsitektur jengki.

terus semangat berjalan kaki karena telah banyak menemukan kejutan; jalan sultan agung sudah habis berganti dengan jalan dr soetomo yang sunyi; gedung rumah sakit daerah mardi waluyo yang sudah tidak aktif; satu kolom sawah; ada dua rumah beraksitektur jengki (nomer 76 dan 100). akhir jalan dr soetomo adalah awal jalan teuku umar, akhirnya tiba di tokonya addy, tapi tokonya tutup, addy sedang di jalan semeru. sembari nunggu addy, datang seorang calon pembeli, kami berdua ngobrol bentar sambil menunggu kedatangan addy. addy datang, kami langsung masuk ke toko, sang calon pembeli memilih kaos. toko addy: "digitea - computer/graphic design/cafe" menempati ruang kosong disamping rumah neneknya yang bercitarasa era kolonial. dan tentu saja favorit saya adalah display zines! addy pernah posting foto display zine di tokonya di group we love zines. dan memang keren! asjik banget melihat banyak zine dipamerkan secara apik, saya pun langsung nyomot bunpai suru #6. setelah membaca kilat bunpai suru dan menyerahkan pesanan addy, kami meluncur ke jalan semeru bergabung dengan kawan2 youth syndicate family--penyelenggara pertunjukkan musik malam ini yang menampilkan paris in the making.

dengan sepeda motor, kami melewati makam bung karno yang ramai pengunjung, lalu stadion soeprijadi dan tiba di jalan semeru no 9. sudah banyak yang berkumpul disana, saya dengan sedikit canggung berkenalan dengan para anggota youth syndicate family dan paris in the making. sudah jam 2 siang, saya pun merasa laparrr; tidak lama nasi pecel khas blitar siap untuk disantap, cuci tangan, lalu makan pake jari, enakkknya! rombongan paris in the making : fat bro, sam, adi, iin, dua gitaris dan satu fotographer yang saya tidak sempat tanyakan namanya, dan franco--anak solo yang menjadi guide--juga makan dengan lahap meskipun kepedasan. nasi pecel blitar yang saya makan terdiri dari nasi putih, sayurmayur, tahu goreng, dan perkedel kentang yang disiram dengan bumbu pecel dan ditaburi potongan kecil timun dan kemangi, ya oloh enak banget.

rasa kenyang udah memenuhi hati, santai-santai sembari membahas pertunjukkan semalam di malang. paris in the making--band postrock/screamo asal singapura--telah melakukan tur di kota jakarta, bandung, solo, dan malang. saya memamerkan primitif zine volume 005, franco dan iin sempat melihat keberadaan zine tersebut di malang, setelah ketawa ngakak membaca primitif, iin--vokalis paris in the making--membeli primitif zine, dan kami pun saling melabelkan diri berdasarkan kitab primitif : know your scene. kami mengamati bangunan yang kami duduki sore ini, bangunan tahun 70-an dengan properti lawas yang apik, tergantung juga cover piringan hitam, rumah yang menyenangkan! markas youth syndicate family ini juga sering dibikin sebagai ruang pertunjukkan musik, bekas sepatu di dinding menjadi bukti pas moshing. anak2 youth syndicate family sedang sibuk nyiapin alat dan venue, karena kami menganggur menunggu pertunjukkan nanti malam, saya mengajak rombongan paris in the making berjalan kaki!

kami bersembilan berjalan kaki menuju aloon aloon, kami memang terlihat seperti anak band: memakai kaos band, bersepatu vans. kami memilih melewati gang kecil yang apik lalu menelusuri jalan semeru dan tidak lama kami sudah tiba di depan aloon aloon. mampir sebentar ke pedagang kaki lima yang menjajakan kepingan cakram berisi lagu-lagu termuktahir dengan genre dangdut koplo dan pop korea. dengan semangat kami menggabungkan diri dengan hamparan lapangan rumput bersama warga lokal yang sedang asjik bermain bola, kayaknya akan jadi sore yang seru! kami langsung ziarah ke pohon beringan yang berada di tengah-tengah aloon aloon, menjadi pusat perhatian kami sejak masuk gerbang, franco menceritakan mitos mengenai pohon beringin yang dikelilingi pagar: jika pohon beringin tersebut hancur maka itu adalah tanda gunung kelud akan meletus, wah samista alam.

selain berfoto dengan pohon beringin, sam dan fad bro manjat, haha sayang gw gak ikutan manjat. saya dan franco baru sadar bahwa pohon beringin ini juga sebagai wishing tree, banyak coretan tertanam di kulit pohon, semacam : saya ingin masuk universitas brawijaya. yah kalo ngajuin keinginan gak perlu nyakitin tanaman lah. sesi selanjutnya adalah bermain bola, franco dan iin dengan semangat bergabung dengan bocah-bocah, saya dan yang lainnya duduk di lapangan rumput menikmati matahari sore. di belakang kami 2 gadis kecil bermain bulutangkis, kami tergoda untuk meminjam raket mereka, adi dan sam berhasil menggantikan posisi 2 gadi kecil yang ternyata adalah kakak-beradik, sementara saya meminjam sepeda kayuh mereka, membonceng sang adik berkeliling aloon aloon, wah jarang banget nih menikmati aloon aloon dengan cara ini. puas main bola, bulutangkis, dan bersepeda, kami lanjut berjalan kaki menuju pasar legi.

menikmati trotoar di sepanjang jalan merdeka yang cukup lenggang; toko-toko masih buka, saya menemukan toko roti orion--toko roti andalan keluarga saya di kota pasuruan, kami mampir sebentar ke toko minuman, menghilangkan dahaga, dari kejauhan terlihat sebah kelenteng, saya putuskan tidak jadi ke pasar legi--pasar tradisional kota blitar, saya mengarahkan rombongan berjalan kaki ke kelenteng yang berada di ujung jalan merdeka. kami masuk ke halaman kelenteng poo an kiong. sam bilang kalau ini pengalaman pertamanya masuk ke kelenteng, padahal kelenteng di singapura banyak banget, sam juga menginfokan bahwa semua personel paris in the making adalah muslim, saya menimpali bahwa kelenteng adalah tempat ibadah yang paling terbuka untuk publik.

setelah rehat sejenak di halaman kelenteng, kami lanjut berjalan kaki kembali ke jalan semeru, ngambil rute yang berbeda, sambil bahas justin broadrick dan kawan2 kami di yogyakarta: indra menuz, aga, dan eka. nyampe di jalan semeru no 9 disambut ivha--satu satunya wanita yang terlihat di youth syndicate family. adi begitu nyampe langsung copot sepatu vans-nya, dia kagak pake kaos kaki jadi lumayan bikin lecet pas tadi jalan kaki. adi yang sejak tadi mupenk sama sepatu yang saya pakai--new balance classic, dia mengajukan pertanyaan:

adi : where do you buy the shoes?

anitha : in indonesia

adi : where??

anitha : surabaya

adi : where???

anitha : sport stasion tunjungan plaza -_-

adi : how much?

anitha : less than 500.000 rupiahs

adi : that's cheap!

anitha : you can find it in singapore, i guess

adi : but not that type

adi : is there any sport station in here?

anitha : nope, why you don't look in jakarta or bandung?

adi : all kids wear vans, i don't see anyone wear new balance classic like yours

anitha : tomorrow you can find it in yogyakarta

adi : but we'll arrive about 7pm and go straight to the venue, and next day the flight to singapore at 10am, have no time for shopping!

kecewa akan melewatkan kesempatan mendapatkan new balance classic, adi langsung nyetel lagu d'massive pake iphone-nya, ya oloh anak2 singapura dengerin d'massive juga! leyeh-leyeh sambil nunggu giliran mandi. abis mandi pastinya seger karena airnya jernih dan segar, langsung ke beranda ngobrol sama ivha dan yogi sampai kami berangkat ke venue jam 7 malam. addy londo menyuruh saya nebeng mobil sewaannya rombongan paris in the making, saya pun langsung ke mobil.

anitha : any space for me?

paris in the making : mmmmmmmmmmmmmmm

anitha : okay, no space for me

paris in the making : yeah, you can walk to the venue

anitha : -_- (tersenyum kecut sambil tutup pintu mobil)

paris in the making : (membuka pintu) anitha, come in!

ok, jadi saya duduk bersama sam, sang gitaris yang ramah tapi saya gak tanya namanya, dan sang fotographer yang juga saya gak tanya namanya, kita udah keburu ngobrol jadi saya jadi sungkan tanya nama. anak2 paris in the making berbahasa singlish (singaporean english) saya gak paham sama sekali apa yang mereka omongkan, saya bertanya ke sang gitaris yang saya gak tanya namanya mengenai singlish, dia pun menjelaskan bahwa singlish adalah hasil dari wajib militer di singapura jaman dulu--dia gak jelasin detil tepatnya--dimana berkumpullah orang melayu, tionghoa, india, inggris, dan terciptalah singlish yang menggabungkan bahasa inggris dengan bahasa melayu, bahasa mandarin, dan bahasa tamil. 5 menit kemudian kami tiba di venue : vivace family karaoke, jalan tanjung, disana sudah bertumpuk screamo kids.

rombongan parkir lalu memindahkan banyak alat masuk ke venue, dengan tiket masuk 10ribu, banyak sekali yang datang, t-shirt peter says denim mendominasi pandangan saya. uncoreplan adalah tajuk perhelatan musik malam ini yang diselenggarakan oleh youthcrew motion (anak2 youth syndicate family). dino head menggunting pita dengan chiptune sound, dino head adalah proyek danny eka satria, danny menghancurkan salah satu toysound-nya diakhir pertunjukkan, hahah cukup mengagetkan mengingat mukanya danny baby face gituh. american blend cherry asal kediri,mengambil alih panggung, dengan serentak screamo kids bergerombol di barisan depan, ya oloh saya berasa tua melihat pertunjukkan mereka dan risih saat sang vokalis sibuk mengarahkan crow untuk moshing. sang pemilik venue resah melihat crowd pada moshing lalu melarang moshing di dalam venue, larangan dipatuhi crowd, namun kericuhan dilanjutkan oleh klem (band screamo dari kediri juga) yang kayaknya sengaja bawa massa dari kediri (ya oloh saya kenapa sinis gini). saya langsung skip ke penampil selanjutnya : paris in the making, cukup lama nyiapin alat dan terlihat banyak screamo kid tiba-tiba menghilang alias pulang, mereka hanya pengen liat klem.


dan akhirnya iin membuka suara, dan pertunjukkan dimulai, paris in the making terbilang rapih dan vokal iin cukup mantap, mereka menyajikan lebih dari 5 komposisi yang saya tidak tahu judulnya, saya hanya melihat video mereka yang di-posting di wastedrockers. dan mereka bermain mantap meskipun atmosfer gak terlalu mendukung, crowd berkurang drastis, hanya saya dan anak2 youth syndicate familiy yang menikmati paris in the making, sayang yah! tenteram--band pop punk--lanjut mengisi panggung dengan crowd yang tidak lagi bersemangat, tampaknya salah satu anak youth syndicate family memperlihatkan kekesalannya karena situasi tersebut. nobodies perferct (semoga saya gak salah tulis nama band) menjadi pamungkas, dengan sedikit kecewa uncoreplan berakhir. sambil melihat kawan2 beresin alat, saya nyamperin paris in the making, memastikan pertunjukkan besok di yogyakarta pasti akan jauh lebih apresiatif, sam menimpali bahwa mereka gak terlalu bermasalah dengan pertunjukkan malam ini malah ini kesempatan bagus untuk memberikan referensi musik yang berbeda ke anak-anak blitar. dan sang gitaris paris in the making-yang-saya-tidak-tanya-namanya memberikan CD paris in the making - origins, ya oloh saya terharu sekaligus malu, saya memang tidak ada uang untuk membeli rilisan mereka, hari ini saya merasa dimanjakan oleh kawan-kawan youth syndicate family dan paris in the making.

sebelum kami meninggalkan venue, kami foto bersama dan saya sempat ngobrol banyak dengan danny mengenai east java chiptune dan terbujurkaku, ternyata danny juga die hard fans-nya terbujurkaku. saya kembali ke jalan cemara no 9 bersama bagus, sepanjang jalan kami bertukar info mengenai skena musik lokal di kota masing-masing. kembali ke markas saya lanjut ngobrol sama danny, membahas skena musik elektronik di jawa timur, pembicaraan yang menyenangkan sambil nunggu makan malam. ivha dan yogi bertugas membeli makan malam, dan kejutan untuk malam ini adalah : sego tahu lawu--nasi putih dengan tahu goreng dan sambal super-pedas, ditambah kecap, petis, kacang goreng, dan seledri yang dibeli di jalan lawu. dengan semangat kami makan! dan kepedasan pastinya! saya membuang sambal dengan segera setelah merasakan mautnya sang sambal, dan secara keseluruhan rasa sego tahu wuenak, kejutan kuliner blitar yang memukau! iin yang paling kuat, dia melahap habis jatah sambalnya, katanya sang ibunda sering masak masakan yang spicy.

rasa pedas tidak mengalahkan rasa kantuk saya, anak2 masih giat ngobrol ngalor ngidul, saya mulai tidak fokus, tapi mau tidur juga gak bisa, pasang alarm jam 3 pagi, berniat naik kereta jam 4 pagi kembali ke surabaya. ben yang melihat saya sudah tidak fokus memaksa saya tidur di tempat tidur, saya pun pamit ke anak-anak tidur duluan, sudah jam 1 pagi pula, bagus mewanti-wanti saya untuk membangunkan dia saat saya akan ke stasiun, dia pengen nganterin saya ke stasiun yang hanya ditempuh 15 menit dengan berjalan kaki. saya pun tidur, tapi terbangun jam 2 pagi karena keriuhan percakapan, fat bro sudah sangat mabuk, saya mengucapkan kata-kata perpisahan, saya tertidur lagi. alarm membangunkan saya, ruli dan sang fotographer paris in the making masih asjik ngobrol sambil makan sego sadukan (semacam sego kucing tapi lebih besar ukurannya) ditemani oleh wira dan topan. beres2 dan siap cabut, wira yang mengantarkan saya, okelah kali ini tidak berjalan kaki saat masih diselimuti kantuk, sempat ngobrol bentar sama wira, dia seorang skater boy. sampai jumpa lagi kota patria!

terimakasih untuk hatib abdul kadir dan ardian purwpseputro untuk referensi dan kecintaannya kepada kota blitar

salut untuk addy londo, topan, danny, ruli, ben, ivha, yogi, pepi (youth syndicate family)

foto koleksi youth syndicate family

4 komentar:

  1. wah! ini mbak tinta yang waktu itu bertemu di jogja ya *jadi baca blognya*

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyah saya biasa dipanggil tinta...wah ternyata kita sudah pernah ketemu yah, selama ini hanya menikmati karya2 mu, yang terakhir di cerita suatu ketika, cobra #3, dan primitif zine #5, wah saya beruntung sudah pernah berkenalan dengan dikau..maap memori otak saya melemah...

      Hapus
    2. eeehm cobra#3 yang mana ya? *memori otak saya sama lemahnya ternyata* iyaa tepatnya di jogja, di warung gudeg, setelah acara bernamakan Hoarse Tour. waktu itu mbak tinta membeli kaos s0rra dan sempat memberikan saya zine nya ;;)

      Hapus
    3. hahah yo oloh ingatttttt!!! hay rega! *ingatan penuh*
      hhhe salah bukan cobra #3 tapi suave #1 edisi reborn
      dan saya gak beli kaos s0rra, gak punya duit waktu itu, jadinya dikasih sama ari patria :9

      Hapus