Rabu, 21 Maret 2012

manic street walkers #8 edisi kamal-madura



Manic Street Walkers #8

Minggu, 18 Maret 2012

Pagi ini saya melewati dua jalan yang menyelenggarakan 'car free day' yaitu Jalan Kertajaya dan Jalan Darmo, seandainya semua jalan dalam kota Surabaya bebas (minim) kendaraan bermotor, tentu sangat menyenangkan. Saya tiba di c2o library jam 7 pagi disambut oleh Kathleen dan Charlie. Mirna, Andriew, dan Danto menyusul datang, peserta terakhir yang bergabung adalah Ikang Pratama dan Farid. Suasana pagi ini tidak cerah namun juga tidak terlalu mendung, jam 8 pagi kami berangkat menuju pelabuhan Tanjung Perak, dimulai dengan berjalan kaki sampai Jalan Basuki Rahmat lalu kami naik bis kota. Bis melewati Jalan Pahlawan yang setiap akhir pekan berubah menjadi pasar kaget, tentu saja riuh suasananya. Bis yang kami tumpangi mulai memasuki kawasan Perak dengan deretan perkantoran yang bergerak di jasa pelayaran dan ekspedisi, sebuah perahu menjadi hiasan di halaman gedung, danTaman Baronawati menjadi salah satu tanda kawasan ini. Kami bertujuh tiba di pelabuhan Tanjung Perak sekitar jam 10, membeli tiket kapal untuk menyebrang ke Pulau Madura seharga Rp. 3.700. Sang petugas tiket cukup heboh melihat kami yang cukup terlihat sebagai turis, saya pun berkesempatan mengambil gambarnya dari belakang.

Suasana pelabuhan Tanjung Perak terbilang sepi, hanya ada dua bis yang mengantri, tapi 30 menit kemudian saat kapal merapat ke dermaga, banyak juga penumpangnya. Di areal pelabuhan, orang-orang berbahasa Madura mudah ditemui, para wanita Madura masih setia memakai kain batik Madura dan menaruh barang bawaaan mereka di atas kepala mereka, pelabuhan yang semarak. Kami segera naik ke kapal yang terbilang tidak besar, Kami mengambil posisi di dek kapal, menikmati langsung Selat Madura di sisi kiri kapal, terlihat kapal-kapal berserakan, komposisi yang menarik, terlihat juga gedung syahbandar yang ciamik. Langit yang tidak cerah membuat Selat Madura tampak berkabut, angin laut menemani Ikang Pratama--mahasiswa Arsitektur Perkapalan ITS--menjelaskan beberapa fungsi kapal. Ikang menginformasikan kapal yang kami tumpangi adalah tidak layak terlihat dari perlengkapan keselamatan yang minim dan tidak bisa diakses dengan mudah, salah satunya adalah dikuncinya pintu menuju inflatable liferaft. Kami pun terdiam mengamati isi kapal (mini bar, televisi yang menampilkan pertunjukkan musik dangdut, dan para pedagang).

Sekitar 30 menit kemudian kapal merapat di dermaga Pelabuhan Kamal-Madura, dengan lincah kami segera menjejakkan kaki di tanah Madura. Kami disambut udara yang tidak jauh berbeda dengan Surabaya dan makelar angkot, dengan semangat kami menolak karena kami akan berjalan kaki. Terminal angkutan Kamal-Madura berdempetan dengan pelabuhan, saya cukup terkejut melihat tumpukan angkutan era 70-an yang masih beroperasional. Kami berjalan kaki keluar pelabuhan, menemukan jalan yang bercabang, lagi-lagi makelar angkot ribut menawarkan jasanya, sementara kami bingung mau kemana karena memang tidak ada 'obyek wisata' di sekitar Kamal. Sebelumnya saya memang tidak menentukan destinasi, untungnya Danto menelpon kawannya yang berdomisili di Kamal, akhirnya diputuskan kami akan berjalan kaki ke Perumahan Graha Kamal Permai--rumah kontrakan beberapa seniman Madura. Danto menjadi dewa penyelamat Manic Street Walkers #8.

Jadi kami berjalan kaki di pinggir jalan raya, jalannya lurus tanpa kelokan, melewati Jalan Raya Kamal, Jalan Trunojoyo, dan Jalan Raya Gili. Udara berangsur sejuk jadi kami cukup nyaman menikmati hal yang baru bagi kami, hanya Farid yang baru pertama kali ke Madura, kami semua sudah pernah ke Madura tapi dengan kendaraan bermotor, tentu saja sangat berbeda jika menikmati Madura dengan berjalan kaki. Kami berpapasan dengan pemuda-pemudi lokal, menemukan pangkas rambut tiap 100 meter, melihat plat kendaraan bermotor M berlalu-lalang, rumah-rumah kolonial, suasana pedesaan, dan kami menelusuri bekas rel kereta. Kami beristirahat di warung es degan depan pom bensin pertama yang kami temui, sekalian Ikang membuang sisa makanan dalam ususnya di toilet pom bensin. Kami menikmati es degan yang segar nan murah, sementara sang pemilik warung terheran dengan kegiatan kami yang dinilainya aneh--berjalan kaki dari pelabuhan.

Dengan semangat kami lanjut berjalan kaki, jalan tetap lurus, kami dihibur pemandangan sawah dan para petani yang sedang menunggu angkutan di "halte Barbados". Setelah sekitar 3 jam berjalan kaki, kami tiba di muka Perumahan Graha Kemal Permai, menunggu Timur Budi Raja--kawan Danto. Tidak lama Timur menemui kami dan langsung memberikan arah lokasi kontrakan, kami pun berjalan kaki memasuki perumahan. Kontrakan yang kami tuju berada di pucuk komplek perumahan, berbatasan langsung dengan hamparan sawah yang terbilang luas, hanya terlihat gedung Universitas Trunojoyo, tidak ada gedung lainnya, pemandangan yang menyejukkan. Di kontrakan kami berkenalan dengan Wawan yang aktif di komunitas skesa, kami juga disuguhi kopi dan kacang. Sambil saling menceritakan kegiatan masing-masing, Danto memamerkan lagu-lagu ciptaannya yang baru direkam, wah nikmatnya ditambah hujan gerimis diluar. Timur--seniman asal Bojonegoro namun aktif di Madura--terlihat sangat menikmati karya Danto, sepertinya Timur dan Danto saling mengagumi.

Hujan gerimis hanya turun sebentar, kami pun pamit, tidak lupa foto bersama di depan sawah. Kami putuskan tidak berjalan kaki ke pelabuhan tapi naik angkot, takut terjebak hujan badai, maklum cuaca saat ini cukup riskan untuk mengadakan suatu perjalanan. Hanya 5 menit kami sudah sampai di muka pintu pelabuhan, kami membayar Rp. 2.000 per orang, cukup murah. Kebetulan kapal akan segera merapat di dermaga, kami segera membeli tiket dan berjalan cepat ke dermaga. Kali ini kami mengambil tempat duduk yang berbeda saat kami berangkat, pemandangan yang kami nikmati adalah jembatan Suramadu dan patung Jalesveva Jayamahe. Langit tetap tidak cerah; jembatan Suramadu tenggelam dalam kemendungan; ojek perahu tertambat di bibir dermaga; kami meninggalkan Pulau Madura dengan bukit-bukit yang rindang.

Tiba dengan selamat di Pelabuhan Tanjung Perak, kami lanjut naik biskota kembali ke c2o Library. Tidak menyangka kami telah berjalan kaki di Kamal-Madura, untuk pertama kalinya Manic Street Walkers menjelajahi luar Jawa.

foto oleh Ikang Pratama

Manic Street Walkers adalah klub pejalan kaki c2o library

Tidak ada komentar:

Posting Komentar