Sabtu, 17 Desember 2011

desersi



judul : desersi : menembus rimba raya kalimantan

penulis : m.t.h. perelaer

penerjemah : helius sjamsuddin

penerbit : kepustakaan populer gramedia, 2006


buku ini salah satu buku koleksi c2o yang paling saya ingat karena cover-nya jelek dan judul yang cukup asing : desersi. begitu membaca kata pengantar dari sang penerjemah, saya langsung penasaran karena sang penerjemah dengan semangat menjanjikan kepada pembaca bahwa novel ini sangat menarik! dan dia benar. dijelaskan bahwa m.t.h. perelaer (1831-1901) adalah seorang opsir belanda yang diangkat menjadi pejabat publik di daerah kuala kapuas, kalimantan tengah. perelaer juga seorang penulis yang produktif, dia menghasilkan satu buku “etnographische beschrijving der dajaks” dan dua novel : “borneo van zuid naar noord” dan “baboe delima”. latar belakang novel ini adalah perang banjarmasin dimana orang2 dayak angkat senjata melawan belanda. karena bertugas di wilayah kuala kapuas, perelaer memiliki pengetahuan adat-istiadat dayak yang cukup luas, diduga tokoh kolonel dalam novel ini adalah personifikasi perelaer.

desersi berarti pembelotan, dan novel ini mengisahkan empat orang desertir: schlickeisen, wienersdorf, la cueile, dan yohanes, dua swiss, satu belgia, dan satu indo-nias. empat orang desertir itu adalah tentara sewaan belanda yang ditugaskan di benteng kuala kapuas, mereka minggat dari benteng karena ketidakpuasan mereka terhadap pemerintah belanda yang tidak menepati janji untuk memberikan penghidupan yang layak di hindia belanda. la cueile ahli senjata sekaligus pemabuk berat, yohanes ahli geografi dan topografi, schlickeisen dan wienersdorf dua orang yang perkasa, para desertir menggunakan sampan dibantu oleh dalim—orang dayak, mereka adalah tim yang solid, melakukan perjalanan panjang melalui sungai2, menembus pedalaman rimba kalimantan menuju serawak kemudian singapura, setiap saat menemui banyak rintangan yang diduga dan yang tidak terduga. dan keempat desertir sangat mengagumi keindahan alam pedalaman kalimantan yang juga lekat dengan mistis.

“tiba-tiba orang-orang eropa itu meletakkan dayung mereka dan orang-orang dayak mengikutinya. ada apa? terdengar suara mengalun bagai suara harpa, kini menjauh, lembut dan merdu, namun jelas; kemudian amat dekat lagi sehingga suara musik itu seolah bergelantungan di atas sampan, mengalun bagai perpaduan antara bisikan angin lembut dan deru badai semacam alat musik berdawai raksasa….napas arus sungai.”

selain tantangan alam, para desertir dihadapkan dengan kejaran sang kolonel dan para pengayau suku punan yang dengan bangga hati memotong kepala manusia dengan mandau. tapi tak disangka wienersdorf menikah dengan seorang perempuan suku punan, maka para desertir pun harus menerima adat-istiadat suku punan apa adanya, para desertir pun akhirnya menjadi bagian dari orang dayak! perelear dengan luwes memamerkan kebudayaan dayak mulai dari sistem kekerabatan, perkawinan, hukum adat, upacara2, makanan dan minuman, proses produksi mandau, tato, dan legenda, benar2 novel etnografis yang memukau!

“ ketika orang-orang eropa itu menikmati berbagai macam makanan-minuman, seorang punan masuk dan melemparkan beberapa butir kepala orang ke tengah-tengah mereka yang hadir. tepuk tangan memekakkan menyambut tindakan itu. dua orang merenggut kepala-kepala itu , memotong sisa tulang tengkuk dan dengan sebilah sembilu menuangkan isi otak ke dalam piring melalui lubang sumsum belakang. orang punan lain melepaskan sejumlah besar rambut dari kepala, memotongnya sepanjang satu setengah inci dan mencampurkannya ke dalam otak yang berdarah itu dengan lada bubuk. para desertir menyaksikan semua ini dengan kengerian yang bisu. ketika semua isi otak telah dipindahkan dari tempurung kepala dan piring telah disiapkan dengan semestinya, seorang punan mengambilnya, menyendok campuran itu dengan tanah liat dan ditawarkan kepada yohanes, yang menolaknya dengan sopan. ketika campuran itu disajikan kepada wienersdorf, ia memandangnya, dan tiba-tiba ia dikuasai perasaan nausea dan roboh tidak sadarkan diri.”

membaca “desersi” saya teringat kisah esteban dan rodiguez dalam novel “arus balik” karya pramoedya ananta toer. esteban dan rodiguez adalah tentara portugis yang membelot dan melarikan diri dari kapal perang portugis kemudian berkeliling menikmati nusantara dengan sebuah perahu! terimakasih untuk manan yang telah merekomendasikan desersi! awas kepalamu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar